Meskipun banjir cukup besar dan alarm "Early Warning System" (EWS) atau peringatan dini berbunyi, namun belum ada warga yang mengungsi.
Sleman (ANTARA News) - Meskipun letusan Gunung Merapi sudah lebih dari satu tahun lalu, namun aliran lahar masih menyimpan panas, sehingga terjadi letupan "low explosive" di sejumlah titik. Letupan itu menyebabkan batuan vulkanik terlempar ke udara.
Hujan deras yang turun di puncak Gunung Merapi sejak Minggu siang mengakibatkan banjir lahar di sejumlah Sungai Gendol pada sore hari. Aliran banjir yang cukup besar ini juga mengakibatkan material vulkanik berupa bebatuan besar ikut terbawa arus sehingga seluruh jembatan sabo dam yang ada di sepanjang Sungai Gendol ditutup.
Relawan Forum Peduli Merapi, Irfan Nur mengatakan, "Aliran banjir lahar cukup besar, semua mengalir di atas sabo dam sehingga semua jembatan sabo dam di sepanjang Sungai Gendol ditutup. Otomatis hanya jembatan Tulung di Tamanmartani, Kalasan saja yang bisa dilalui."
Menurut Irfan, banjir pada hari ini terjadi dua kali yakni sekitar pukul 14.00 WIB dimana aliran hanya kecil, tidak sampai meluap di atas jembatan. Kemudian pukul 15.30 WIB, puncak Merapi terjadi hujan lebat sehingga aliran kembali terjadi.
Camat Cangkringan Samsul Bakri yang turun langsung memantau banjir lahar di sabo dam Dusun Bronggang, Desa Argomulyo mengatakan alirannya tidak sampai meluap ke kanan kiri aliran.
"Namun yang diwaspadai adalah tanggul penahan di kiri kanan aliran Sungai Gendol mulai terkikis, sehingga ini sangat rawan aliran lahar meluap ke permukiman penduduk," katanya.
Menurut Samsul Bakri, meskipun banjir cukup besar dan alarm "Early Warning System" (EWS) atau peringatan dini berbunyi, namun belum ada warga yang mengungsi.
"Situasi masih bisa dikondisikan, warga justru banyak yang melihat aliran lahar Merapi, dan mereka masih tenang dan tidak terjadi kepanikan," katanya.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012