Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota Makassar, segera menerapkan pengelolaan sampah bekas makanan melalui teknologi food waste atau menjadi manggot, menyusul hasil uji coba dijalankan tim Entomo.co, perusahaan asal Korea yang dinilai berhasil.

"Teknologi manggot yang kita uji di Makassar, ternyata lebih bagus hasilnya dari negara asalnya, yaitu di Korea," ujar Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto di Bank Sampah Pusat, Paccerakkang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.

Pria akrab disapa Danny Pomanto itu saat meninjau uji teknologi Food Waste Bank Based on The BSF Breeding Technology dijalankan tim Entomo.co di bank sampah setempat, mengatakan kehadiran teknologi pengolahan sampah itu bisa menjadi lebih bermanfaat.

"Matahari sangat menentukan (proses pengolahan), di Makassar ternyata cocok. Kita akan segera menerapkan. Sampah di Makassar ini memang perlu diurai," papar Danny.

Baca juga: Pemkot Makassar berencana kerja sama dengan investor Korea olah sampah

Baca juga: USAID tawarkan kerja sama pengolahan sampah di Makassar

Dengan konsep pengolahan sampah ini, diharapkan sampah di Kota Makassar bisa berkurang, tentunya harus dikelola dengan baik agar menjadi lebih berguna.

"Dalam satu hari, Kota Makassar menghasilkan sampah sebanyak 1.200, bahkan didominasi sampah makanan. Karena Makassar ini kota kuliner, dengan kehadiran teknologi ini saya pikir sangat membantu," tuturnya menekankan.

Danny Pomanto bilang, kapasitas satu alat teknologi itu bisa mengelola sampah makanan sebanyak tiga ton per hari. Harganya pun cukup besar mencapai Rp2 miliar.

Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto (kiri) mendengarkan penjelasan tim Entomo.co, perusahaan asal Korea terkait penerapan teknologi pengolahan sampah makanan di bank Sampah, Paccerakkang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (30/5/2022). ANTARA/HO/Humas Pemkot Makassar.


Sementara itu, Direktur Bank Sampah Makassar, Sahararuddin menjelaskan keluaran (output) dari teknologi tersebut dapat membuat pupuk organik yang berguna bagi tumbuhan.

"Jadi, sampah ini kita ambil dari restoran, toko-toko makanan dan sejenisnya, lalu dimasukkan, diolah. Hasilnya itu diurai manggot selama 40 hari dan outputnya 90 persen menjadi pupuk organik,” ujarnya.

Tidak hanya itu, kata Sahar, hasil dari teknologi food waste dapat menghasilkan berbagai macam produk kosmetik, dan minyaknya bisa jadi biosel sebagai bahan bakar.

“Di Korea, minyak hasil pengelolaan sampah makanan ini sangat berguna. Kelebihan dari teknologi ini, di Kota Makassar bisa dibuat industrinya sendiri serta memberdayakan masyarakat. Karena manggot ini bisa diekspor dan bisa dibuat sabun kecantikan," ucapnya.*

Baca juga: Wali Kota Makassar dan Deputi Kemenko Marves tinjau TPA Antang

Baca juga: Sampah rumah tangga dominasi buangan sampah di Makassar

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022