"Kegiatan pemantauan kebumian sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, namun hasilnya belum optimal karena hanya bersifat sektoral dan project based," kata Kepala BPPT Dr Marzan Aziz Iskandar dalam Peluncuran Neonet di Jakarta, Kamis.
Neonet, urainya, memberi informasi dan data kebumian secara terpadu dari berbagai simpul seperti dengan BMKG untuk pemantauan cuaca, iklim dan gempa bumi, dengan Dephut untuk kebakaran hutan, Deptan untuk pemantauan kekeringan lahan, hingga DESDM untuk pemantauan gunung api.
Ia memberi contoh Global Earth Observation System of Systems (GEOSS) yang menyediakan alat pengambil keputusan untuk bermacam pengguna dan menyediakan konten dari berbagai simpul jejaring global yang sejak berdirinya pada 2005 sudah lebih dari 60 negara bekerjasama di dalamnya.
Neonet, lanjut dia, dilengkapi dengan fasilitas server jaringan, server seismik hingga jaringan kecepatan tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan teknologi untuk menjembatani kerjasama tersebut.
Saat ini BPPT telah bekerjasama dengan Japan Agency for Marine Earth Science and Technology (Jamstec), Hydrometeorological Array for Interseasonal Variations Monsoon Austomonitoring (Harimau), Tropical Ocean Climate Study (TOCS), Sistem Informasi Reduksi Resiko Bencana (SIRRMA), BMKG, dan Dephut untuk mengembangkan jaringan tersebut.
"Pada masa datang akan lebih baik jika simpul jejaring yang sudah ada seperti BMKG (dulu BMG), Dephut, Deptan, Bakosurtanal, DKP dan lain-lain saling diintegrasikan dalam Neonet untuk mengantisipasi bencana alam," katanya.
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA) BPPT Agus Surachman mengatakan, BPPT bertanggung jawab terhadap sistem terpadu di neonet yang dapat diakses secara detil dan near real time, namun untuk isinya merupakan tanggung jawab dari masing-masing simpul (institusi operasionalnya). (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009