Banda Aceh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Besar menyarankan kepada Pemerintah Aceh untuk menetapkan status siaga darurat bencana cuaca ekstrem untuk daerah setempat.
"Dari hasil kajian dan dampak kerusakan yang ditimbulkan, maka kami menyarankan kepada unsur pimpinan (bupati) untuk dapat menetapkan status siaga darurat bencana cuaca ekstrem," kata Kepala BPBD Aceh Besar Ridwan Jamil, di Aceh Besar, Minggu.
Ridwan menyampaikan, saran tersebut tidak terlepas dari kerusakan rumah masyarakat, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas pendidikan, hingga terhambatnya lalu lintas di beberapa ruas jalan penghubung antarprovinsi, kabupaten, kecamatan dan antardesa.
"Kondisi cuaca ekstrem tersebut juga telah mengakibatkan terganggunya jaringan arus listrik yang sudah berlangsung lebih kurang selama 15 jam," ujarnya.
Kemudian, kata Ridwan, berdasarkan laporan cuaca oleh BMKG juga diperkirakan masih berpeluang terjadinya hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang hingga tiga hari ke depan.
Selanjutnya, tambah Ridwan, mengenai data kerusakan akibat cuaca ekstrem hari ini belum dapat disampaikan karena masih dalam pendataan petugas di lapangan.
Sampai sekarang, lanjut Ridwan, petugas masih melakukan pembersihan pohon tumbang, baik di jalan nasional, yang menimpa rumah penduduk, serta di fasilitas umum terdampak lainnya.
"Seiring kejadian yang merata hampir seluruh kecamatan, maka data kerusakan juga terus berpeluang akan terus bertambah, tetap siaga," demikian Ridwan Jamil.
BMKG Aceh telah memperkirakan cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang masih melanda wilayah Aceh dalam dua hingga tiga hari ke depan, sehingga warga diminta mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.
Koordinator Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I BMKG Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad menjelaskan, saat ini Aceh sudah memasuki musim kemarau, namun cuaca buruk ini lazim terjadi di tengah musim kemarau ini karena beberapa faktor.
"Angin kencang, hujan lebat ini hampir merata di seluruh Aceh. Kalau kita lihat dari faktor penyebabnya, kondisi ini bisa bertahan dua hingga tiga hari ke depan,” kata Zakaria.
Beberapa faktor itu, kata dia, mulai dari adanya tekanan rendah di Selat Benggal, adanya anomali suhu muka laut di Selat Malaka, laut Andaman, hingga Samudera Indonesia bagian barat Sumatera, serta adanya pergerakan massa udara rossby ekuatorial yang dapat membawa uap air lebih banyak ke Aceh.
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022