"Kondisi itu juga memiliki risiko besar, mengingat masyarakat dipaksa membayar dua kali lipat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) tanpa proses bertahap," katanya, Jumat.
Menurut Direktur Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) UGM itu, pengalihan premium ke pertamax bagi mobil pribadi pada dasarnya bukan merupakan kebijakan yang salah. Namun, kebijakan itu patut disayangkan karena dilakukan tidak secara gradual, bahkan sudah tertuang dalam UU APBN 2012.
"Kebijakan itu bisa tepat, tetapi bukan secara langsung sekaligus. Pemerintah sedikitnya menggunakan waktu dua tahun untuk sosialisasi dan menambah ketersediaan pertamax. Tetapi faktanya, sesuai UU APBN, kebijakan itu praktis berlaku mulai April 2012 di wilayah Jawa dan Bali," katanya.
Ia mengatakan dampak kenaikan harga BBM mobil pribadi dari Rp4.500 per liter (premium) menjadi Rp9.000 per liter (pertamax) semakin menjadikan target inflasi sebesar empat persen menjadi mustahil diwujudkan. Dampak inflasi yang diprediksi terjadi karena kebijakan itu berkisar 5-7,5 persen.
"Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan harga pertamax dan premium sebesar Rp2.500 akan mendorong pengguna pertamax untuk kembali menggunakan premium. Bisa dibayangkan jika terjadi kenaikan harga sampai dua kali lipat dan disinyalir harga BBM akan kembali menguat setelah munculnya ketegangan di Timur Tengah yang menjadikan harga minyak dunia tinggi," katanya.
Menurut dia, UGM bersama ITB dan UI pernah mengajukan opsi untuk menerapkan strategi pengalihan premium ke pertamax secara gradual yang bisa dimulai pada Maret 2011. Namun demikian, penerapan itu hanya akan menghemat 3,2 kiloliter dari konsumsi total premium sebesar 23 kiloliter atau setara Rp3,4 triliun.
"Dengan kebijakan serentak dari pemerintah mulai April 2012 akan menghemat 12 juta kiloliter atau setara Rp16 triliun. Namun, inflasi sebagai dampak nasional yang akan ditimbulkan dengan kebijakan gradual akan lebih kecil, yakni hanya berkisar 0,5-0,6 persen," katanya.
Menurut da, UGM bersama dengan tim UI dan ITB juga merekomendasikan adanya kenaikan harga BBM sebesar Rp500 per liter dan secara gradual mengalihkan konsumsi premium ke pertamax.
"Dengan demikian, dari 53 persen pengguna premium yang merupakan mobil pribadi, maka tidak akan mengalami gejolak terlalu keras atas perubahan tersebut," katanya.
(L.B015*H010/M008)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011