Jakarta (ANTARA) - Pustakawan British Library, Annabel Teh Gallop mengatakan pihaknya telah melakukan digitalisasi naskah Nusantara sejak 10 tahun lalu.
"Di British Library, yaitu Perpustakaan Nasional Inggris di London, kami juga melakukan digitalisasi pada naskah Nusantara sekitar 10 tahun lalu. Jumlah koleksi Nusantara sekitar 500 naskah yang terdaftar dalam buku katalog Indonesian Manuscripts in Great Britain,” ujar Annabel dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.
Annabel menambahkan hampir semua program digitalisasi naskah di British Library mendapat biaya dari sponsor. Hal itu mengingat, proses mendigitalkan naskah membutuhkan dana tambahan di luar dana yang didapat dari pemerintah.
"Program pertama yang dilakukan tahun 2013 ialah program digitalisasi semua naskah Melayu. Tahun 2017-2019, dilakukan program digitalisasi 75 naskah Jawa yang saat ini disimpan di British Library, yang dapat dipastikan berasal dari Keraton Yogyakarta. Program ini didanai oleh SP Lohia, seorang warga Indonesia berketurunan India,” kata Annabel.
Baca juga: Masyarakat Pernaskahan serukan penyelamatan informasi naskah Nusantara
Selain itu, ada satu program bersama dengan EFEO dan proyek Dharma yang akan mendigitalisasikan 70 naskah lontar dari pulau Jawa dan Bali. Program itu dimulai 2022 dan selesai pada 2023. Dengan begitu, seluruh naskah Nusantara di British Library akan didigitalisasikan dan dapat diakses sepenuhnya secara daring.
"Ketika naskah digital diterbitkan ke internet oleh British Library dengan creative commons license, sehingga siapa saja dapat memanfaatkannya dan tidak perlu meminta izin terlebih dahulu kepada kami," imbuhnya.
Annabel memaparkan manfaat naskah digital adalah menyokong penelitian filologi, memudahkan penerbitan edisi teks akademik, memasyarakatkan naskah melalui penerbitan teks lebih populer, serta penyediaan bahan proyek akademik seperti alih aksara melalui crowd-sourcing.
Pustakawan Perpusnas, Aditia Gunawan mengatakan digitalisasi naskah kuno sangat membantu para filolog dan peneliti untuk meningkatkan kualitas risetnya, juga mempercepat proses penelitian. Selain itu, perspektif ilmu filologi akan sangat luar biasa ke depannya.
"Karena memungkinkan kita juga untuk mengkaji naskah atau teks yang klasik dan kuno secara lebih multidisplin juga lintas wilayah. Jadi, banyak kesempatan yang dapat dieksplorasi lebih jauh dan bisa diakselerasi berkat adanya teknologi digital," kata Aditia.
Aditia menjelaskan saat ini dirinya tergabung dalam proyek Dharma yang merupakan proyek di Eropa untuk mengkaji prasasti, naskah, dan peninggalan arkeologis yang bercorak Hindu dari abad ke-5 sampai ke-15 di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Baca juga: Keluarga adalah penjaga terdepan budaya dan manuskrip kuno Nusantara
Baca juga: Pakar pendidikan dorong naskah kuno jadi Memori Ingatan Dunia
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Munawar Holil mengatakan sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah naskah nusantara. Dalam beberapa buku yang sering dirujuk seperti Khasanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia disebutkan naskah nusantara disimpan di 31 negara. Di Indonesia, berdasarkan penelusuran yang dilakukan Perpusnas, sampai saat ini tercatat sekitar 82 ribu naskah.
"Jumlah ini belum dapat dipastikan karena memang naskah-naskah yang disimpan perorangan atau koleksi masyarakat, baik perorangan maupun masyarakat adat sampai sekarang belum tercatat dengan pasti, dan perkembangannya selalu berubah, misalnya bencana alam yang selalu menjadi kekhawatiran," kata Munawar.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022