Chicago (ANTARA News) - Rasa optimis baik untuk kesehatan jantung anda, demikian hasil penelitian yang dikemukakan para ilmuwan Kamis.
Mereka yang paling optimis di antara satu kelompok pria berjumlah 545 orang berkebangsaan Belanda dengan kisaran umur antara 64 hingga 84 tahun, secara rata-rata memiliki risiko 50 persen lebih rendah untuk terkena serangan jantung selama lima belas tahun berikut, demikian hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal kedokteran "the Archives of Internal Medicine edisi pekan ini.
Penelitian sebelumnya telah menyarankan rasa optimisme dapat mendorong atau membuat perubahan kondisi kesehatan seseorang secara menyeluruh dan menurunkan risiko kematian yang diakibatkan oleh berbagai jenis penyakit.
Sikap pandangan positif juga telah memperlihatkan dapat membantu pasien yang menderita sakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah arteri.
Penelitian terkini itu mengukur optimisme para pasien yang dilibatkan dalam pengamatan ilmiah itu, dengan mencatat perilaku kehidupan mereka, antara lain dengan melihat reaksi mereka atas suatu pernyataan misalnya "Saya tidak terlalu berharap dengan apa yang akan terjadi dengan saya dalam masa-masa mendatang".
Selain itu juga kalimat seperti "Hari-hari saya lewat dengan lambat," atau "Saya punya begitu banyak rencana."
"Rasa optimis atau optimisme dapat dilihat dan diperkirakan secara mudah dan umumnya stabil untuk jangka yang cukup panjang," walapun dapat menurun dengan bertambahnya usia," kata Erik Giltay, ketua tim peneliti di Lembaga kesehatan mental di Delft, Belanda.
Dari skala pemberian angka mulai nol hingga tiga, dengan angka tiga diberikan bagi mereka yang memiliki optimisme yang paling tinggi, maka angka rata-rata yang dihasilkan dalam penelitian tersebut sebesar 1,5 dari kurun waktu 1985 dan rata-rata 1,3 pada tahun 2000.
Angka tertinggi umumnya berkait dengan usia muda, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, hidup dengan seseorang atau lebih, kondisi kesehatan yang lebih baik dan lebih banyak melakukan kegiatan fisik.
"Masih belum dapat dipastikan apakah campur tangan pihak luar yang mengupayakan tingkat optimisme seseorang pada usia yang lebih tua dapat mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung," katanya, seperti dikutip Reuters. (*)
Copyright © ANTARA 2006