Pendekatan budaya, pesan dan informasi ini lebih mudah dipahami

Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan Program Keluarga Berencana (KB) merupakan investasi penting bagi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas.

“Satu dari empat balita di Indonesia mengalami stunting yakni kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi, infeksi berulang dan stimulasi lingkungan yang kurang mendukung,” kata Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) BKKBN Eka Sulistia Ediningsih dalam keterangan tertulis BKKBN yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Eka menuturkan stunting memiliki efek jangka panjang hingga anak memasuki usia lanjut dan berdampak sangat buruk terhadap masa depan anak-anak di Indonesia sebagai penerus masa depan bangsa.

Dalam mengupayakan angka stunting pada anak di Indonesia turun, perlu dilakukan pencegahan dan pemulihan. Pemahaman pada masyarakat juga jadi bagian penting untuk memperluas edukasi akan dampak buruk stunting tersebut.

Baca juga: Hari Keluarga Nasional momentum turunkan angka stunting nasional

Baca juga: Saka Kencana BKKBN lakukan sosialisasi dan bakti sosial cegah stunting

Dengan demikian, Program KB dapat mendukung secara penuh komitmen pemerintah Indonesia karena dapat menurunkan angka prevalensi stunting demi mencapai sumber daya manusia yang unggul bagi Indonesia maju.

“Perencanaan keluarga adalah poin penting yang harus dipersiapkan setelah menikah. Perencanaan keluarga menjadi titik upaya pencegahan stunting,” ucap Eka.

Eka melanjutkan BKKBN bersama mitra kerja di seluruh Tanah Air terus mengupayakan dengan sigap mencegah terjadinya kondisi kronis akibat stunting pada anak-anak bangsa.

Salah satunya adalah dengan menggelar rangkaian kegiatan percepatan penurunan stunting seperti pelayanan KB kepada 148 akseptor di RSKIA Sadewa, Babarsari, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta dan peluncuran program Bapak Asuh bagi keluarga yang anaknya mengalami stunting.

Program Bapak Asuh untuk Keluarga Berisiko Stunting dilakukan dengan melibatkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan pemerintah daerah setempat serta mitra kerja yang bertindak sebagai bapak asuh. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan bantuan kepada keluarga berisiko stunting.

“Anak-anak atau balita yang mengalami stunting itu perlu asupan protein hewani. Bapak Asuh akan memberikan bantuan untuk mendukung pelaksanaan Dapur Sehat melalui pemberian makanan tambahan berbasis bahan panganan lokal atau ikan senilai Rp10 ribu kepada keluarga tersebut setiap hari selama 6 bulan,” kata Eka.

Program tersebut, kata Eka, melibatkan Tim Pendamping Keluarga sebagai pengawas supaya bantuan yang diberikan dapat dipastikan tidak dibelikan atau dibelanjakan untuk kebutuhan lain, selain makanan tambahan untuk pemenuhan gizi anak.

Menurut Eka selain merencanakan kelahiran dan mengintervensi gizi pada anak, BKKBN juga terus memperluas edukasi stunting kepada masyarakat melalui pendekatan budaya wayang kulit.

“Melalui pendekatan budaya, pesan dan informasi ini akan lebih mudah dipahami oleh masyarakat,” kata Eka.

Baca juga: BKKBN: Bidan penentu keberhasilan penanganan stunting

Baca juga: BKKBN: Sikap perwakilan daerah cerminan kasus stunting suatu wilayah

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022