Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menargetkan nilai total ekspor pada 2012 senilai 230 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau lebih tinggi dari perkiraan nilai total ekspor tahun ini senilai 208 miliar dolar AS.

"Target kita sementara. Ini hitungan kita 230 miliar dolar AS bisa dapat. Kalau, misalnya, situasinya tidak seperti sekarang. Itu hitungan sementara bisa 250 miliar dolar AS, tapi dengan krisis kita coba ambil angka yang konservatif," ujar Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krishnamurti, di Jakarta, Kamis.

Menurut Bayu, target tersebut dapat tercapai karena pemerintah berencana untuk fokus mencari negara tujuan ekspor baru sehingga diversifikasi tujuan ekspor Indonesia makin beragam.

"Kita akan mengkonsentrasikan pada beberapa entrance, misalnya Afrika, seperti Afrika Selatan, dan Amerika Latin. Itu akan jadi bagian dari fokus kita, mungkin juga Asia Tengah. Jadi dengan langkah itu kita masih menganggap bahwa posisi kita masih cukup kuat dan cukup aman," ujarnya.

Bayu mengemukakan, pemerintah akan terus membenahi layanan dasar dan kinerja birokrasi terkait kelancaran arus barang di pelabuhan untuk meningkatkan nilai ekspor, serta mendorong nilai kompetitif daya saing produk Indonesia.

"Ekspor kira harus bekerja keras dengan dukungan infrastruktur fisik, tidak hanya pembenahan dokumentasi terkait data kepabeanan. Apalagi, kita telah meningkatkan sistem National Single Window di beberapa fitur dan termasuk yang paling maju di regional ASEAN," ujarnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor kumulatif sepanjang Januari-Oktober 2011 sebanyak 169,03 miliar dolar AS, naik 34,88 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Nilai ekspor nonmigas selama Januari-Oktober 2011 juga naik 30,36 persen menjadi 134,73 miliar dolar AS.

"Jenis barang yang paling banyak diekspor bahan bakar mineral serta lemak dan minyak," kata Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Djamal.

Ia menjelaskan pula bahwa, selama kurun waktu itu ekspor nonmigas Indonesia paling banyak ditujukan ke China (17,14 miliar dolar AS), kemudian Jepang (15,17 miliar dolar AS) serta AS (13,22 miliar dolar AS). "Pangsa ketiga negara ini mencapai 33,79 miliar dolar," katanya.
(T.S034/B012

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011