Sebelas warga Luhu yang terluka karena panah, telah dievakuasi ke Kota Ambon menggunakan speed boat dan saat ini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Alfatah Ambon.
Tim dokter RS Alfatah Ambon sedang melakukan operasi terhadap beberapa korban luka, terutama mengeluarkan anak panah yang masih tertancap di tubuh para korban.
Salah seorang korban Ali Akbar Payapo (14 tahun) direncanakan akan dievakuasi ke Makassar untuk menjalani operasi untuk mengeluarkan anak panah yang masih tertancap di dada kirinya.
Warga yang mengalami luka dan tengah dirawat itu, Herlina Suneth (luka panah tembus perut), Ali Akbar Payapo (luka panah di dada kiri), Samsudin Waliulu (luka panah pinggang belakang), Abdul Karim Warang (luka panah di kepala), dan Munawar Heluth (luka panah tangan kiri).
Kemudian Muhamad Yunus Sunet (luka panah pada jidat), Alfian Sarkol (luka panah tembus dada kanan), Rais Kaliki dan Rusianto Ismail Kaliki masing-masing menderita luka panah pada perut), Abu Haji Kaliki (luka bakar pada kedua kaki dan tangan) serta Des Heluth luka di punggung belakang.
Guna mengantisipasi meluasnya bentrokkan antarwarga itu, Polres SBB menerjunkan puluhan personel Brimob dan Samapta di perbatasan kedua desa.
"Aparat Polres SBB telah melakukan penyekatan di perbatasan kedua desa dan bertindak tegas terhadap siapa saja yang mencoba melakukan penyerangan. Saat ini kondisi keamanan sudah dapat dikendalikan," ujar sejumlah warga Desa Luhu.
Kadis Kesehatan SBB dr.H. Sesa mengatakan, dokter dan paramedis di Puskesmas Luhu maupun Iha telah diarahkan untuk menangani para korban dan bila luka tergolong parah dirujuk ke Ambon.
"Korban dirujuk ke Ambon lebih aman dan cepat dibandingkan ke RSU di Piru, ibu kota kabupaten SBB. Tapi terpenting Puskesmas di Luhu maupun Iha telah disiapkan untuk mengantisipasi sering terjadinya bentrok antarwarga dua desa bertetangga tersebut," katanya.
Penyebab bentrokkan tersebut belum diketahui pasti karena banyak rumor yang beredar disebabkan karena adanya jalinan asmara antara seorang pemuda dan seorang pemudi kedua desa bertetangga itu, maupun karena dendam lama.
(KR-JA/D009)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011