Los Angeles (ANTARA News) - Konflik di Timur Tengah akan menempati barisan kursi depan pada acara penghargaan Oscar tahun ini. Dua film, yakni satu tentang pembom bunuh diri dan yang lain soal pembunuhan 11 atlet Israel, bersaing untuk meraih penghargaan penting setelah kedua film dipuji dan dicerca di "pengadilan pendapat umum". Film "Munich" dan "Paradise Now" memang amat berbeda. Sutradara kedua film menghindari banyak tembakan meriam verbal dalam perjalanan menuju "karpet merah" Oscar. Akan tetapi, nominasi kedua film juga mewakili kemenangan film yang mempromosikan saling pengertian dan toleran di kawasan yang tak terkenal untuk kedua topik. "Paradise Now," film Palestina pertama yang menerima nominasi Oscar, dicalonkan sebagai film berbahasa asing terbaik, sedangkan "Munich," garapan sutradara berbobot Hollywood, Steven Spielberg dan ditulis bersama dengan peraih Hadiah Pulitzer, Tony Kushner, dinominasikan untuk meraih lima penghargaan, termasuk film terbaik dan skenario adaptasi terbaik. Dalam wawancara belum lama ini, Kushner masih merasakan akibat penyambutan tak bersahabat pada film "Munich," sebuah film tentang harga moral yang dibayar para agen Mossad Israel yang melacak dan membunuh orang-orang Palestina yang bertanggungjawab dalam pembunuhan atas 11 atlet Israel pada Olimpiade Muenchen 1972. Beberapa saat sebelum film diputar, film itu dicerca oleh para pendukung Israel yanag memandang film tersebut sebagai menyamakan aksi teroris dengan orang yang memburu mereka. "Serangan atas `Munich` tidak dikoordionasikan, tetapi telah mencapai tingkat kampanye sesungguhnya untuk mendesak orang agar jangan menonton film itu dan itu dikacaukan dengan isu-isu Oscar," kata Kushner, seperti dilaporkan Reuters. Agungkan pembom jihad? Dan itu adalah masalah yang dihadapi Hany Abu-Assad dalam pembuatan film "Paradise Now." Ia cuma ingin menjelaskan mengapa orang-orang muda bersedia meledakkan diri mereka dan lainnya dalam puluhan aksi bom bunuh diri yang marak di Timur Tengah. "Paradise Now" dipandang sebagai salah satu calon terkuat dalam kategorinya, namun film itu dalam pekan-pekan belakangan ini mendapat kecaman sengit dari beberapa kelompok Amerika dan Yahudi. Kelompok Amerika dan Yahudi menuduh film itu memuliakan para pembom bunuh diri ketimbang menjelaskan diri mereka. Sebuah kelompok Israel yang kehilangan anak dalam beberapa aksi pemboman bunuh diri mengirimkan petisi, pada Rabu, yang ditandatangani 33.000 orang kepada Acadeny Motion Pictures Arts and Sciences yang meminta Academy agar mendiskualifikasikan film itu. Permintaan tersebut belum pernah terjadi dalam pencalonan Oscar. Yossi Zur, yang remaja putranya tewas dalam pemboman sebuah bus, mengemukakan, "Apa yang mereka sebut `Paradise Now` kami sebut `hell now`, setiap hari. Adalah misi dunia bebas untuk tidak memberikan film seperti ini penghargaan." Namun demikian, Presiden Lembaga Amerika Arab, James Zogby, tak sependapat dengan kategorisasi seperti itu dan daya upaya Israel agar film itu digambarkan sebagai berasal dari Otorita Palestina ketimbang dari Palestina. "Masalahnya adalah bahwa rakyat Israel tidak puas dalam mengendalikan setiap aspek kehidupan keseharian Palestina, tetapi ingin menguasai setiap segi dari manifestasi segala hal soal orang Palestina di dunia luar. Mereka sebaiknya berhenti dan membiar orang merumuskan tentang mereka," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006