Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Edi Santoso mengatakan cendekiawan Muslim Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii merupakan tokoh bangsa yang selama hidup berada di garda terdepan dalam isu keindonesiaan.
"Karenanya bangsa ini tentu saja sangat kehilangan seorang tokoh dan sekaligus juga seorang bapak bangsa atas wafatnya Buya Syafii Maarif," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Unsoed itu mengatakan Buya Syafii juga merupakan tokoh bangsa yang terdepan dalam isu toleransi dan Islam moderat.
"Beliau bisa diterima berbagai kalangan, lintas kelompok dan juga lintas agama," katanya.
Pengajar mata kuliah filsafat komunikasi itu juga menambahkan bahwa keberadaan Buya Syafii Maarif di Tanah Air selama ini dapat dikatakan sangat vital.
"Terutama ketika Indonesia menghadapi ancaman disintegrasi melalui ujaran kebencian dan hoaks. Buya Syafii Maarif merupakan tokoh penjaga kebenaran, terutama ketika masyarakat dibuat bingung oleh post truth," katanya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu juga menambahkan pesan-pesan yang pernah disampaikan Buya Syafii sebagai guru bangsa, negarawan dan pembimbing harus dilanjutkan oleh seluruh generasi penerus bangsa.
"Terutama dalam mewujudkan solidaritas di tengah bangsa Indonesia yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku, agama, ras dan kelompok," katanya.
Sementara itu Dr. Edi Santoso juga menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian Buya Syafii Maarif.
"Kami menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian Buya Syafii Maarif. Mari bersama-sama mendoakan beliau," katanya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia pada usia 86 tahun di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat, pukul 10.15 WIB. Sebelumnya, Sabtu (14/5), Buya Syafii sempat dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta karena mengeluh sesak nafas.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022