Jakarta (ANTARA) - Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan bahwa gempa tektonik dengan magnitudo 6,4 yang terjadi di wilayah Maluku Barat Daya pada Jumat pukul 09.36 WIB terjadi akibat deformasi batuan.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan akibat benturan Australia dengan Timor tepat pada struktur lama palung atau rench terusan Palung Jawa di Samudra Hindia," kata Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa yang berpusat di laut pada kedalaman 53 km sekira 87 km barat daya Maluku Barat Daya itu memiliki mekanisme pergerakan geser dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut dia, gempa tersebut dirasakan pada skala IV sampai IV MMI di wilayah Timor Leste. Pada skala tersebut guncangan gempa dirasakan oleh hampir semua penduduk, menyebabkan banyak orang terbangun.
Getaran akibat gempa juga dirasakan di Alor pada skala intensitas III sampai IV MMI, getarannya dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah, serta di wilayah Kupang pada skala intensitas II MMI, getarannya dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Daryono mengatakan bahwa menurut pantauan BMKG hingga pukul 10.15 WIB tidak ada aktivitas gempa susulan setelah gempa yang terjadi pukul 09.36 WIB.
Ia mengimbau warga di daerah sekitar pusat gempa tidak panik tetapi tetap waspada bila sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
Baca juga:
Gempa dengan magnitudo 5,8 guncang perairan Halmahera Barat
BPBD: 137 rumah rusak akibat gempa di Halmahera Utara
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022