Manado (ANTARA News) - Pascaletusan utama pukul 03.07 WITA, pos pengamatan merekam dua kali letusan susulan dari kawah Tompaluan Gunung Lokon di Provinsi Sulawesi Utara

"Dua kali letusan susulan terjadi sekitar pukul 03.21 WITA serta 03.24 WITA dan sempat diikuti gemuruh yang bunyinya tidak terlalu keras dibanding gemuruh yang terjadi saat letusan utama," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Tomohon, Selasa.

Dijelaskan Farid, sebelum terjadi letusan, pos pengamatan gunung api telah merekam terjadinya seratus lebih gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB).

"Suplai-suplai energi inilah yang memicu terjadinya letusan. Tremor masih terus terekam dengan amplitudo sekitar tiga milimeter hingga 30 milimeter," kata Farid.

Dikatakan Farid, setelah terjadinya peningkatan kegempaan, Pemerintah Kota Tomohon, Badan Penganggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Utara, kapolres, pengawas bandara serta jajaran lainnya telah diberitahukan.

"Kalau progresivitas meningkatnya kegempaan kami sudah laporkan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung. Tapi kalau terjadinya letusan nanti dilaporkan pagi ini. Pemberitahuan ke instansi terkait saya sudah sampaikan pukul 19.00 WITA Senin malam ," kata Farid.

Meski telah terjadi letusan, namun Farid menjelaskan status Gunung Lokon masih siaga level III dengan radius bahaya sekitar 2,5 kilometer dari kawah Tompaluan.

Dia pun berharap warga tidak mendekati radius bahaya karena berpeluang terlontar material pijar dari kawah apabila terjadi letusan.

"Kami berharap warga tetap bersiaga dan tidak memasuki daerah rawan bencana karena peluang terjadinya letusan masih memungkinkan," ungkapnya.

Dinihari tadi pukul 03.07 WITA, Gunung Lokon meletus dan mengeluarkan bunyi gemuruh cukup lama. Warga yang sempat mendengar bunyi gemuruh tersebut panik dan berlari keluar rumah.

Hingga kini pos pengamatan belum bisa memastikan berapa tinggi letusan vulkanik dan ke mana debu letusan mengarah karena badan gunung tertutup kabut tebal sehingga mengganggu pengamatan visual.(ANT)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011