Berlin (ANTARA News) - Presiden FIFA Sepp Blatter hari Rabu menolak kecaman di Jerman tentang peraturan ketat pengelolaan makanan dan minuman di stadion-stadion, seraya mengatakan turnamen tersebut adalah event FIFA, bukan Jerman. "Saya perlu menjelaskan tentang hal ini: Piala Dunia bukan milik Jerman, ini bukan Piala Dunianya Jerman. Ini adalah Piala Dunia FIFA di Jerman yang menelan biaya satu miliar franc Swiss (758,7 juta dolar AS), " kata Blatter kepada harian Jerman Bild, dalam suatu wawancara. Badan sepakbola dunia itu telah mengontrak 21 perusahaan untuk mensponsori turnamen satu bulan tersebut, yang akan dimulai 9 Juni, dan telah melakukan pembatasan secara ketat tentang kehadiran nonsponsor di 12 stadion yang akan dijadikan arena pertandingan Piala Dunia di Jerman. Produk perusahaan bir Amerika Serikat, Anheuser Bush`s (BUD.N) Budweiser akan menjadi satu-satunya bir yang dijual di stadion-stadion tersebut --suatu tamparan terhadap wajah banyak orang Jerman, yang membanggakan diri pada kualitas minuman mereka sendiri. "Atas dasar peraturan inilah Jerman diberi hak menjadi tuan rumah Piala Dunia," kata Blatter. "Mereka menyetujuinya, bukan hanya Persatuan Sepakbola Jerman (DFB), tetapi juga pemerintahnya." Blatter juga mempertahankan keputusan FIFA bulan Januari untuk membatalkan pesta pembukaanPiala Dunia di Berlin karena khawatir pesta itu akan merusak lapangan di stadion Olimpiade kota tersebut, suatu tempat penting turnamen tersebut. "Ini merupakan keputusan terbaik yang kami buat. Sayangnya terlalu terlambat," kata Blatter. Walikota Berlin, Klaus Wowereit, telah mengatakan ia akan mengajukan usul kepada FIFA untuk menyelenggarakan pesta besar itu di dekat Pintu Gerbang Brandenburg di pusat ibukota Jerman. Atas pertanyaan apakah berjangkitnya flu burung di Jerman, yang telah membunuh seekor kucing tetapi tidak membatasi populasi burung liar, mengancam turnamen sepakbola tersebut, Blatter mengatakan, "Saat ini tidak." "Tetapi bila flu burung berkembang menjadi suatu ancaman seperti wabah atau kolera, bila orang menulari orang lain, maka pemerintah harus mengambil suatu keputusan. Kami harus menghormati hal itu. Itu jelas," demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006