... penyebab bunuh diri salah satunya adalah aspek sosiologis...

Gunung Kidul, Yogyakarta (ANTARA News)- Pemerhati kasus bunuh diri di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berencana menggandeng Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui program pendidikan untuk menekan kasus tersebut di kabupaten setempat.

Pemerhati kasus bunuh diri sekaligus ahli psikiatri RSUD Wonosari, Ida Rochmawati, Sp.Kj di Gunung Kidul, Senin, mengatakan masyarakat membutuhkan pendidikan deteksi dini untuk mengenali risiko bunuh diri melalui berbagai program.

"Saya sudah memulai gerakan edukasi terhadap delapan kecamatan di Gunung Kidul. Tahun 2012 rencananya saya bersama pemerhati kasus bunuh diri akan bekerja sama dengan WHO untuk menekan kasus itu," kata dia.

Ia mengatakan terdapat sejumlah kegiatan dalam program kerja sama itu, yakni pelatihan tentang kesehatan jiwa kepada kader dan tokoh masyarakat.

"Masyarakat perlu pelatihan tentang deteksi dini sebagai upaya pencegahan," katanya.

Ia mengatakan kerja sama dengan WHO juga berupa kegiatan penyegaran tentang kesehatan jiwa bagi petugas puskesmas.

Dia mengatakan meski kasus bunuh diri dengan cara menggantung di Gunung Kidul tergolong banyak, namun daerah tersebut belum memiliki gerakan terpadu dan kebijakan yang spesifik tentang kesehatan jiwa.

"Kasus bunuh diri di Gunung Kidul itu seperti fenomena gunung es yang harus dibongkar.Akar penyebab kasus bunuh diri sangat kompleks atau multifaktor sehingga membutuhkan kerja keras dari seluruh pihak," katanya.

Menurutnya upaya untuk menekan kasus itu bisa dilakukan dengan pendekatan terhadap masyarakat.

Ia mengatakan transfer pengetahuan secara berjenjang dari profesional ke semua unsur masyarakat melalui jalur pendidikan perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan bunuh diri.

Menurut dia, penyebab bunuh diri salah satunya adalah aspek sosiologis.

Ia mengatakan aspek sosiologis menggambarkan bunuh diri sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah, yang dilakukan banyak orang sehingga sebagian masyarakat menganggap bunuh diri itu boleh.

"Bunuh diri menjadi semacam role model atau sesuatu yang ditiru sebagai pemecahan masalah," katanya.
Ia mengatakan kondisi lingkungan yang mempengaruhi harga diri dan persepsi korban.

"Ketiadaan dukungan sosial dan persepsi korban sebagai orang miskin bisa berisiko memicu remaja bunuh diri," katanya.

Ia mengatakan data kasus bunuh diri yang diperoleh dari Polres Gunung Kidul pada Januari hingga Desember 2011 menunjukkan 28 kasus bunuh diri.

"Kasus bunuh diri terbanyak dalam lima tahun terakhir terjadi pada 2007 yakni mencapai 39 kasus," kata dia. (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011