Makassar (ANTARA News) - Banjir kembali melanda sejumlah lokasi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dengan ketinggian sepaha orang dewasa, setelah hujan mengguyur hampir sehari penuh, Senin.
Wartawan ANTARA dari lokasi melaporkan, di sekitar kompleks Bung, Kecamatan Tamalanrea, genangan mencapai lutut orang dewasa, kemudian di BTN Hamzi Makassar tinggi genangan sepaha orang dewasa. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Tallo yang berada di dekat pemukiman itu.
Beberapa warga memilih mengamankan barang-barang berharga dan mengungsi di rumah kerabat. Sebagian warga menyelamatkan barang-barang mereka dengan memindahkannya ke tempat tinggi untuk menghindari kerusakan.
"Terpaksa barang-barang di taruh di tempat tinggi agar tidak rusak, ada pun lemari tetap kita biarkan, mau diapa saya sendiri tidak kuat mengangkat, kalau rusak mau diapakan lagi," keluh Irmawati warga BTN Hamzi itu.
Ia mengaku lokasi rumahnya menjadi langganan banjir tiap tahun, meskipun sudah ditinggikan tetap terkena banjir akibat luapan Sungai Tallo. Warga mengharapkan perhatian pemerintah untuk membuat tanggul penahan air sungai.
Tidak hanya di Kecamatan Tamalanrea, banjir juga terjadi di Kecamatan Manggala seperti di Kelurahan Borong. Air kanal meluap hingga mencapai rumah-rumah warga dan komplek yang berada di dekatnya.
Air juga menggenangi jalan-jalan protokol seperti Jalan Pelita di Kecamatan Rappocini, Jalan Andi Pangeran Pettarani, Jalan Urip Sumoharjo serta Jalan Perintis Kemerdekaan.
Sejumlah pengguna jalan terpaksa melambatkan kendaraan. Bahkan beberapa kendaraan bermotor mogok karena air membasahi ruang pengapian.
Anggota DPRD Makassar, Iqbal Djalil mengatakan penyebab banjir salah satunya disebebkan sejumlah drainase tidak saling terintegrasi atau tidak bersambung dengan baik, sehingga air yang terkumpul naik ke permukaan bukan terbuang ke muara laut.
"Drainase tidak tersambung dengan baik akibat buntu sehingga naik ke permukaan dan terjadilah banjir. Kesadaran masyarakat masih kurang dan masih saja membuang sampah ke drainase, belum lagi ada yang menutup drainase memperparah keadaan," ungkapnya.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
si arab mabok 10 hari.
pemerintah lokal tidak punya visi. dari dulu sudah tau , tidak ada yg ambil keputusan ,hanya jago "rapat" palukka ngaseng ji