"Air belum surut dari kemarin Sabtu. Tapi warga pasrah saja di tengah genangan itu karena tak tahu mau `ngungsi' ke mana" kata Uli, (40), warga Sri Meranti kepada ANTARA.
"Tidak ada saudara, mau `ngungsi' kemana lagi," tutur Uli.
Selain tak memiliki sanak famili, alasan lain warga tetap bertahan karena mereka tidak mau meninggalkan harta benda mereka.
Namun, tak sedikit juga di antara warga Sri Meranti yang telah pergi dari rumahnya untuk mengungsi di rumah saudaranya atau teman sejak hari Minggu.
Kondisi berbeda terlihat di wilayah kelurahan lain yang juga mengalami banjir sebelumnya, yakni di Kelurahan Meranti Pandak, dan Kelurahan Umban Sari.
Dua kelurahan ini saat puncak banjir pada Sabtu (24/12) lalu, terendam hingga ketinggian sekitar 1,3 meter.
Kini, para warga korban banjir di Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Umban Sari disibukkan dengan aktivitas bersih-bersih sisa banjir.
Berbagai bantuan dikatakan oleh Uli telah sampai kepada para korban banjir.
Meskipun begitu, aroma ketidakpuasan tercium dari pendapat beberapa warga sekitar Rumbai yang lain.
Seorang warga Rumbai lainnya, Syarif (37) misalnya, mengatakan banjir yang sudah dialami warga setiap tahunnya itu terkesan tidak segera dicari solusinya.
"Pemerintah Kota (Pemkot) setengah-setengah menangani banjir tahunan ini," katanya.
Dikatakan, pompa air yang disiapkan oleh Pemkot Pekanbaru di beberapa titik langganan banjir selama ini hanya difungsikan saat ketinggian air maksimal.
"Itu kami sayangkan. Karena, saat pompa difungsikan, rumah warga sudah terendam duluan," ungkapnya sembari menambahkan bahwa daerah yang tergenang banjir merupakan daerah dengan penduduk terpadat di Pekanbaru.
(ANT-027/M036)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011