Phnom Penh (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan, kebijakan pengurangan ekspor gas Indonesia dan lebih mementingkan pasokan gas ke dalam negeri akan menyebabkan perusahaan yang semula mendapatkan pasokan gas dari Indonesia merelokasikan pabriknya ke dalam negeri. "Jika pihak pembeli (gas) seperti Jepang, Taiwan dan Korea merasa berkurang pasokannya dari Indonesia, saat kontrak (pembelian gas habis) kita jajagi kerjasama baru yakni merelokasikan industrinya ke Indonesia," kata Presiden kepada wartawan, di Phnom Penh, Rabu. Presiden melakukan kunjungan ke Brunei Darussalam, Kamboja, dan Myanmar sejak 27 Februari hingga 2 Maret 2006. Presiden mengatakan, kontrak pembelian gas tersebut ada yang berakhir pada 2009 dan ada pula yang 2010. Presiden mengatakan, jika terjadi relokasi maka perusahaan itu akan mendapatkan pasokan gas dari dalam negeri. Hal itu berarti akan terjadi penciptaan lapangan kerja di Indonesia dan juga akan pemasukan pajak. Jika perusahaan tersebut melakukan ekspor, katanya, maka ekspor akan dilakukan dari Indonesia. Mengenai langkah mengurangi ekspor gas, Presiden mengatakan bahwa saat ini Indonesia memerlukan pasokan gas yang lebih banyak untuk industri di dalam negeri serta untuk pembangkit listrik. Presiden mengatakan, jika pembangkit listrik memperoleh pasokan gas maka berarati akan dapat mengurangi biaya dari sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak harganya saat ini terus melambung. Jika biaya listrik murah maka harga listrik juga bisa murah, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada harga jual produk yang dihasilkan industri. Presiden mengatakan, saat ini ada kecenderungan negara maju merelokasi industrinya ke negara berkembang untuk melakukan efisiensi. Pabrik yang direlokasi biasaya adalah pabrik yang padat karya. Sementara itu negara maju membuat industri yang lainnya yang tidak padat karya. Relokasi tersebut antara lain ke Kamboja dan juga ke Indonesia. Pada kesempatan itu Presiden juga menjelaskan bahwa ia mendapat informasi dari Menteri Perdagangan bahwa Indonesia akan dijadikan salah satu pusat produksi sepatu merek Adidas. Saat ini ekspor sepatu Adidas telah naik sekitar 40 persen karena ada relokasi pabrik dan juga pabrik Indonesia dipilih sebagai pusat sepatu Adidas. Presiden mengatakan bahwa dalam waktu ia akan mengunjungi pabrik sepatu tersebut antara lain untuk memberi semangat kepada pekerja dan pabrik tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006