Balikpapan (ANTARA) - Sapi dari Sulawesi sudah boleh masuk Balikpapan untuk memenuhi pasokan kota minyak itu dan sekitarnya setelah sempat dilarang karena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Sebelum dikirim ke Balikpapan, sapi-sapi tersebut harus dikarantina selama 14 hari di daerah asalnya dan kemudian dilanjutkan 4 hari lagi di Balikpapan.
“Kami sediakan lahan seluas 2 hektare untuk karantina tersebut,” kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Balikpapan Heria Prisni, Rabu.
Lahan tersebut milik Balai Karantina di Km 13 Jalan Soekarno-Hatta, Karang Joang.
Baca juga: Angkut sapi terindikasi PMK, 39 kendaraan di Ngawi diputarbalik
Baca juga: Pemkab Solok Selatan temukan empat ekor sapi terjangkit PMK
Karena ada karantina ini, maka dipastikan harga sapi akan naik daripada biasanya sebab peternak atau pun pedagang perantara harus mengeluarkan biaya tambahan selama sapi di karantina.
Setelah 4 hari di karantina dan tidak menunjukkan gejala mencurigakan dari PMK seperti sariawan, luka pada mulut dan kuku-kuku kaki, hingga demam dengan suhu tubuh 41 derajat celsius, maka sapi sudah boleh dibawa ke pemotongan, atau dibawa ke penggemukan.
Untuk hari raya Idul Adha 1443 Hijriah mendatang, Balikpapan diperkirakan memerlukan 3.050 ekor sapi. Saat ini sudah dicadangkan sebagai sapi kurban itu sebanyak 1.100 ekor, sehingga masih terjadi kekurangan hingga 1.900 ekor lebih.
Bila tidak ada wabah PMK tersebut, pasokan sapi untuk Kalimantan Timur didatangkan dari Nusa Tenggara, Jawa Timur, dan Sulawesi.
Daerah-daerah itu memasok tidak hanya untuk hari khusus seperti Idul Adha tersebut, tapi juga kebutuhan sehari-hari kota minyak itu yang mencapai lebih dari 5 ton per hari, dari sapi potong (jagal) lebih kurang 30 ekor per hari ditambah dengan daging beku impor.
Sementara wabah PMK ini belum teratasi, maka sapi dari Jawa dan Nusa Tenggara, juga dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, belum boleh masuk Balikpapan.*
Baca juga: Sebanyak 752 sapi di Bangka Tengah suspek PMK
Baca juga: Khofifah: 1.700 ekor lebih sapi di Jawa Timur sembuh dari PMK
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022