Menurut laporan The Guardian, gadis yang bernama Wati (15) itu bercerita bahwa dirinya mulai menangis setelah melacak orang tuanya, dan akhirnya merasa kehilangan harapan untuk bisa bertemu dengan mereka kembali.
Wati, yang tiba-tiba muncul di sebuah kafe di Meulaboh, Provinsi Aceh, Indonesia, awal pekan ini, mengatakan tidak lama setelah gelombang menghantam, dirinya ditemukan dan "diadopsi" oleh seorang wanita yang memaksanya untuk mengemis di jalanan hingga larut malam dan kadang sampai pukul 01.00 dini hari.
Jika tidak membawa uang, Wati lalu ditendang oleh wanita itu. Dia kemudian bertekad untuk mencari keluarganya, tetapi informasi yang sangat sedikit membuatnya kesulitan mencari kedua orang tuanya. Apalagi dia hanya tahu nama kakeknya bernama Ibrahim.
Seseorang di kafe lantas melacak seorang pria dengan nama itu. Setelah bertemu dengan Wati, pria bernama Ibrahim itu yakin kalau itu adalah cucunya.
"Ketika saya melihat ibu saya, saya tahu itu dia. Aku hanya tahu itu," kata Wati pada hari Jumat, yang diberi nama oleh wanita yang menemukannya dan nama aslinya adalah Meri Yuranda.
Bencana tsunami yang melanda Samudra Hindia pada tanggal 26 Desember 2004 itu menewaskan 230.000 orang di beberapa negara dan Aceh khususnya yang rusak parah karena dekat dengan pusat gempa yang berkekuatan 9.1 itu.
Karena puluhan ribu orang dinyatakan hilang, maka banyak orang yang masih berharap untuk bisa menemukan orang yang dicintai yang hilang. Mereka sering memasang brosur atau menempatkan iklan di surat kabar. Reuni, bagaimanapun, sangat langka, dan ketika mereka terjadi, jarang dikonfirmasi.
Ibu Wati, Yusniar binti Ibrahim Nur (35), mengatakan bahwa dirinya tidak perlu tes DNA untuk membuktikan gadis itu anaknya. "Dia memiliki wajah ayahnya," katanya menegaskan.
Ia menambahkan bahwa dirinya tidak percaya akan bertemu putrinya lagi. "Saya melihat bekas luka di atas mata dan tahi lalat di pinggulnya yang membuat saya yakin bahwa Wati adalah anak saya," kata Yusniar menandaskan.
Gadis itu mengatakan bahwa dirinya ingat ayahnya meletakkannya ke dalam sebuah perahu dengan adiknya yang hingga sekarang belum ditemukan dan diperkirakan meninggal. Sang ayah mengatakan bahwa sebelum keluarga itu dipisahkan, dia meletakkan kedua putrinya di atap rumah mereka. (ZG/F001)
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2011