Kalianda (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda kerap tertutup kabut tebal sehingga sulit terpantau oleh petugas melalui pengamatan menggunakan visual mata.

"Beberapa hari ini tidak dapat teramati karena curah hujan cukup tinggi," kata petugas pemantau Gunung Anak Krakatau, Hamdani, di pos Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Sabtu.

Ia menyebutkan, jumlah kegempaan yang terekam melalui seismometer sebanyak 78 kali pada hari ini sedangkan sebelumnya 90 kali.

Ia mengatakan, gunung itu masih mengeluarkan asap putih dari puncaknya yang menandakan aktivitas di dalam dapur magma masih cukup tinggi.

"Ketinggian asap masih sekitar 50 sampai 100 meter yang hanya tampak sesekali saja," katanya.

Ia mengimbau, kepada nelayan atau wisatawan untuk waspada karena peningkatan aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu.

"Gunung itu masih berpotensi mengeluarkan letusan dan erupsi vulkanik," ujar dia. Namun, potensi letusan material vulkanik tersebut diperkirakan berkekuatan rendah.

"Nelayan maupun wisatawan diharapkan tetap menjaga jarak aman minimal dua kilometer," imbaunya.

Kemudian, tidak ada aktivitas menonjol pada gunung itu dan sampai saat ini Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih `siaga`," katanya.

Menurutnya, terkadang gunung itu sulit terpantau dengan visual mata karena kabut tebal menyelimuti sepanjang hari terutama saat curah hujan tinggi di perairan Selat Sunda.

Ia mengatakan, intensitas kegempaan gunung itu naik turun dalam beberapa hari ini namun kegempaan masih di bawah seratus kali sehari.

Ia memperkirakan, intensitas kegempaan akan masih puluhan sampai ratusan kali hingga beberapa hari ke depan.

(ANT-048)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011