Semarang (ANTARA News) - Masyarakat harus menjadi konsumen cerdas dalam menyikapi berbagai tawaran diskon yang menggiurkan dari pusat-pusat perbelanjaan. "Tidak semua produk yang dijajakan benar-benar dibutuhkan, " kata pengamat sosial Universitas Diponegoro Semarang, Hedi Pudjo Santosa,
"Orang-orang yang memundurkan waktu tidurnya hanya untuk berbelanja di tengah malam hari menunjukkan fenomena masyarakat yang histeris," katanya di Semarang, Sabtu, menanggapi maraknya obral tengah malam (midnight sale) yang digelar sejumlah pusat perbelanjaan modern di Kota Semarang menjelang tutup tahun 2011.
Bagi orang-orang tersebut, menurut Hedi, bisa mendapatkan barang-barang bermerek dengan harga yang lebih murah merupakan kebanggaan tersendiri. Bukan nilai barang yang menjadi ukuran kepuasaan seseorang, tetapi cara mendapatkannya.
"Mungkin ketika orang mendapatkan barang tersebut dengan cara yang sulit, seolah-olah ia harus diapresiasi dengan baik," katanya.
Menurut Hedi, hukum klasik ekonomi yang mengatakan bahwa seberapa banyak yang dikeluarkan seseorang sebanding dengan apa yang akan didapat, kini tampaknya sudah tidak berlaku. "Berapa banyak uang yang saya miliki itulah yang akan saya gunakan untuk konsumsi, ini adalah ironi masyarakat konsumsi," kata Hedi.
Lebih jauh Hedi menjelaskan bahwa kebanyakan orang yang memanfaatkan obral tengah malam adalah orang-orang dengan pendidikan menengah dan tinggi yang memiliki kehausan konsumsi yang relatif tinggi pula.
"Masyarakat seolah-olah dipaksa untuk terus mengonsumsi, padahal terkadang apa yang mereka konsumsi tidak berkaitan dengan apa yang dibutuhkan," katanya.
Dalam pandangan Hedi, tidak masuk akal jika anak-anak yang seharusnya hanya tahu memakai, dipaksa mengikuti orang tuanya untuk berbelanja di malam hari dan ikut memilih barang yang diinginkannya.
Pusat-pusat perbelanjaan yang mengadakan acara-acara semacam ini tidak bisa disalahkan karena mereka hanya punya satu kepentingan, yakni laku menjual produk. "Masyarakatlah yang harus menjadi konsumen cerdas," katanya.
Cara menjadi konsumen cerdas, menurut Hedi, yaitu jangan terbuai dengan iming-iming diskon promosi yang sebenarnya hanya ingin menguras dana, tetapi tidak memberikan keuntungan apa-apa. Kemudian, cek apakah diskon yang diberikan benar-benar diskon, atau justru jebakan harga dengan cara menaikkan dulu harga barang tersebut sebelum didiskon kembali.
"Konsumen harus memikirkan hal-hal seperti itu agar mereka menjadi konsumen yang cerdas dan tidak hanya ikut terbawa arus," demikian Hedi.
(B018)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011