Jakarta (ANTARA) - Setelah perilisan film perdana dan satu-satunya "Top Gun" di tahun 1986, rasanya tidak ada satu orang pun yang menyangka bahwa akan ada sekuel lanjutannya 36 tahun kemudian. Terlebih, film tersebut bisa dibilang merupakan film klasik yang memiliki jalan dan akhir cerita yang sudah sempurna.
Namun, "Top Gun: Maverick" menjadi kejutan sekaligus jawaban akan keraguan tersebut. Kapten Pete "Maverick" Mitchell (Tom Cruise), tiga dekade kemudian, kembali ke belakang kokpit pesawat Angkatan Laut AS (US Navy) dan menyelesaikan misi terakhirnya.
Baca juga: Cerita Tom Cruise kembali terbangkan pesawat di "Top Gun: Maverick"
Setelah lebih dari 30 tahun mengabdi sebagai salah satu penerbang top US Navy, Maverick diberikan mandat untuk melatih detasemen lulusan Top Gun untuk misi khusus yang belum pernah dilihat dan dilakukan oleh pilot mana pun yang masih hidup.
Meskipun hanya bertahan dua bulan sebagai instruktur hampir 30 tahun yang lalu, dia ditugaskan kembali ke Sekolah Senjata Tempur elit, alias Akademi Top Gun, di San Diego, yang didirikan pada tahun 1969 untuk melatih 1 persen penerbang Angkatan Laut terbaik.
Baca juga: Tom Cruise: Saya membuat film untuk layar lebar
Baca juga: "Top Gun: Maverick" akan tayang di Festival Film Cannes
Maverick bertemu dengan Lt. Bradley "Rooster" Bradshaw (Miles Teller), putra mendiang teman Maverick dan Radar Intercept Officer (RIO) Lt. Nick Bradshaw, alias "Goose."
Dalam film sebelumnya yang disutradarai oleh Tony Scott, Lt. Nick "Goose" Bradshaw dikisahkan tewas dalam kecelakaan pelatihan bersama Maverick.
Menghadapi masa depan yang tidak pasti dan menghadapi hantu masa lalunya, Maverick ditarik ke dalam konfrontasi dengan ketakutan terdalamnya sendiri, yang berpuncak pada misi yang menuntut pengorbanan pamungkas dari mereka yang akan dipilih untuk menerbangkannya.
"Top Gun: Maverick" dinahkodai oleh Joseph Kosinski ("Oblivion", "Only the Brave", "Tron: Legacy"). Tidak berlebihan jika menyebutkan bahwa film ini begitu menyenangkan untuk disaksikan. Semua elemen khas "Top Gun" maupun ketulusan pembuatan film ini, menghadirkan pengalaman sinematik yang begitu seru.
Sesuai judulnya, film sekuel ini banyak mengulik cerita tentang Maverick, yang masih berusaha pulih dari trauma masa lalu akan kehilangan sahabat dan rekan terbaiknya saat menjalankan misi.
Tak hanya itu, sang kapten yang terkenal rebel ini juga dihadapkan dengan situasi bahwa anak dari mendiang sahabatnya tetap nekat mengikuti jejak sang ayah, dan berjuang bersama dengan Maverick. Rasanya seperti rekaman musik yang terulang lagi.
Maverick pun berusaha menghadapi hal tersebut, menyusul perintah dan misi terakhir dari angkatan laut. Di sini, selain bertemu dengan Rooster, ia juga bertemu dengan para pilot muda andal dari Top Gun.
Selain Rooster, ada pun kandidat untuk misi itu adalah "yang terbaik dari yang terbaik" -- termasuk pilot wanita Phoenix (Monica Barbaro) dan Hangman (Glen Powell).
Baca juga: Cerita Tom Cruise kembali terbangkan pesawat di "Top Gun: Maverick"
Baca juga: "Mission: Impossible - Dead Reckoning Part One" rilis trailer perdana
Dinamika Hangman-Rooster kurang lebih mencerminkan hubungan dan gesekan dari Iceman-Maverick dari "Top Gun" 30 tahun lalu.
"Ini bukan tentang pesawatnya, tapi pilotnya," menjadi salah satu catch phrase dari film yang terus melekat dari awal hingga akhir.
Sebagai salah seorang pilot terbaik di angkatan, Maverick menjadi salah satu inspirasi terbesar dari para juniornya. Terlepas dari keahliannya, para pilot muda ini memberikan rasa hormat yang tinggi karena sifatnya.
Sutradara Kosinski secara apik mampu mengemas drama dan kompleksitas karakter Maverick serta memperkenalkan begitu banyak tokoh baru dalam satu film.
Kosinski bersama penulis dan editor Eddie Hamilton memperhatikan keseimbangan antara drama interpersonal dan manuver penerbangan; hingga adegan-adegan yang dipotong dan disambungkan secara cepat dan taktis.
Tak hanya itu, ia bisa dibilang sukses memuaskan para penggemar "Top Gun" pertama maupun menggaet penggemar baru tanpa harus kebingungan dengan alur cerita.
Bahkan penonton juga akan disuguhkan penampilan epik dari pesawat tempur taktis F-14 Tomcat yang dikenalkan di film pertama, hingga tipe F-15 yang seakan menggabungkan "bintang" dari film klasik, dan teknologi lama serta baru yang menjadi satu.
Bicara soal visual, tidak berlebihan apabila mengatakan bahwa "Top Gun: Maverick" menjadi tontonan sempurna jika disaksikan di layar lebar.
Penonton benar-benar dibawa Maverick terbang melintasi awan dengan kecepatan tinggi dan visual mengagumkan. Film juga memberikan perpaduan sekuens aksi menegangkan, ditambah dengan balutan ledakan di sana-sini yang seru.
Sinematografer Claudio Miranda yang merupakan rekan kolaborasi dengan Kosinski di banyak filmnya, mengerti tugasnya dengan baik, terlebih dengan kemajuan teknologi selama tiga dekade terakhir, dengan perlengkapan kamera yang dapat memungkinkan penonton merasa berada bersama para pilot Top Gun.
Baca juga: Tom Cruise: Saya membuat film untuk layar lebar
Baca juga: "Horse Show" Ratu Elizabeth turut dihadiri bintang kenamaan
Pengalaman sinematik tersebut, bukan hanya karena tangan dingin dari sang sutradara dan sinematografer, namun juga Tom Cruise sebagai karakter utama yang begitu menawan dan imersif.
Baca juga: "Top Gun: Maverick" akan tayang di Festival Film Cannes
Bukan rahasia bahwa Cruise merupakan salah satu aktor film aksi yang dihormati di industri film, dan ia agaknya memang pantas mendapatkan kehormatan tersebut.
Dikenal totalitas dalam karier aktingnya, aktor berusia 59 tahun tersebut memang memiliki lisensi dan mampu menerbangkan pesawat tempur berbaling-baling P-51 dan beberapa helikopter, meskipun Angkatan Laut AS menolak izinnya untuk menerbangkan jet tempur F-18.
Di "Top Gun: Maverick", Cruise dilaporkan benar-benar mengendalikan hampir setiap urutan penerbangan, dan lawan mainnya dididik secara intensif dalam menerbangkan F/A-18 Super Hornet untuk bertindak meyakinkan saat berada di kokpit untuk memberikan adrenalin dan kesenangan.
Dari segi audio, film memiliki score yang dibuat oleh Harold Faltermeyer, Lady Gaga dan Hans Zimmer. Lady Gaga juga menyumbangkan lagu tema yang ia nyanyikan bertajuk "Hold My Hand".
Selain itu, tim suara (sound) dari film yang terdiri dari para ahli di baliknya seperti Christopher Boyes ("Guardians of the Galaxy", "Avengers", "Avatar"), Ren Klyce ("Fight Club", "Knives Out", "Soul"), James Mather "Wonder Woman", "Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2", "Mission Impossible: Fallout"), dan lainnya, menjadi penompang utama dalam mewujudkan pengalaman menonton yang sangat menyenangkan dan memacu adrenalin.
Secara keseluruhan, "Top Gun: Maverick" merupakan salah satu tontonan aksi menegangkan, namun juga lucu dan hangat, dan sangat cocok untuk disaksikan di layar lebar. Penampilan utama dari sang kapten rasanya ingin membuat penonton berteriak, "Tom Cruise nggak ada matinya!".
"Top Gun: Maverick" tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu (25/5/2022).
Baca juga: Cara Tom Cruise bertahan hingga akhir era para bintang
Baca juga: "Horse Show" Ratu Elizabeth turut dihadiri bintang kenamaan
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022