New York (ANTARA) - Bursa saham di New York Wall Street beragam dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq finis di zona merah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kekhawatiran langkah agresif untuk mengekang inflasi yang tinggi selama beberapa dekade dapat mendorong ekonomi AS ke dalam resesi sehingga mengurangi selera risiko investor.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 48,38 poin atau 0,15 persen, menjadi menetap di 31.928,62 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 32,27 poin atau 0,81 persen, menjadi berakhir di 3.941,48 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup merosot 270,82 poin atau 2,35 persen, menjadi 11.264,45 poin.

Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor jasa komunikasi dan teknologi masing-masing terpangkas 3,7 persen dan 1,57 persen, di antara kelompok dengan kinerja terburuk. Sementara itu, sektor utilitas menguat 2,01 persen, melampaui sisanya.

Ketiga indeks saham utama AS memangkas kerugian mereka dalam perdagangan sore, dengan blue-chips Dow berubah positif. Meski begitu, S&P 500 berakhir hanya 2,2 poin persentase di atas yang mengkonfirmasi telah berada di pasar bearish sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa pada 3 Januari.

"Saat kami mundur dan mengakui katalis pasar utama, ini benar-benar tentang poros Fed dan perubahan suku bunga, yang telah memengaruhi harga-harga di seluruh pasar modal," kata Bill Northey, direktur investasi senior di U.S. Bank Wealth Management di Helena, Montana.

"Dalam dua minggu terakhir, kami telah melihat beberapa tingkat kemerosotan ekonomi makro mulai dimanifestasikan dalam pendapatan perusahaan dan rilis ekonomi."

Sebagian besar aksi jual didorong oleh peringatan keuntungan dari Snap Inc, yang membuat saham perusahaan anjlok 43,1 persen, memicu penularan di seluruh segmen media sosial.

Meta Platforms Inc, Alphabet Inc, Twitter Inc dan Pinterest Inc jatuh antara 5,0 persen dan 24 persen, dan sektor Jasa Komunikasi S&P 500 yang lebih luas merosot 3,7 persen.

Gangguan rantai pasokan global telah diperburuk oleh perang Rusia dengan Ukraina dan tindakan pembatasan di China untuk mengendalikan wabah COVID-19 terbaru, mengirimkan inflasi ke level tertinggi selama beberapa dekade.

Federal Reserve AS telah berjanji untuk secara agresif mengatasi pertumbuhan harga-harga yang terus-menerus dengan menaikkan biaya pinjaman, dan risalah dari pertemuan kebijakan moneter terbaru diharapkan pada Rabu, akan diuraikan oleh pelaku pasar untuk petunjuk mengenai kecepatan dan tingkat tindakan tersebut.

Investor saat ini memperkirakan serangkaian kenaikan suku bunga 50 basis poin selama beberapa bulan ke depan, memicu kekhawatiran bahwa bank sentral dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi, sebuah skenario yang semakin dimasukkan ke dalam proyeksi para analis.

"Besok kami melihat ke risalah FOMC untuk tanda-tanda bahwa pendekatan terhadap kebijakan moneter mungkin condong lebih hawkish atau dovish daripada yang ditetapkan pada pertemuan terakhir," kata Northey dari U.S. Bank Wealth Management's.

Data yang dirilis pada Selasa (24/5/2022) melukiskan gambaran memudarnya momentum ekonomi, dengan penurunan penjualan rumah baru dan perlambatan aktivitas bisnis.

Rekan Ketua Fed Jerome Powell di Frankfurt, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde, mengatakan dia mengharapkan suku bunga simpanan ECB akan dinaikkan setidaknya 50 basis poin pada akhir September,

Pengecer pakaian Abercrombie & Fitch Co jatuh 28,6 persen setelah membukukan kerugian kuartalan yang mengejutkan dan memangkas prospek penjualan dan margin tahunan.

Zoom Video Communications Inc melonjak 5,6 persen menyusul kenaikan laba setahun penuh karena permintaan perusahaan yang solid.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 11,78 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 13,33 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022