Lviv (ANTARA) - Presiden AS Joe Biden pada Selasa mengatakan krisis Ukraina merupakan isu global yang meningkatkan pentingnya menjaga ketertiban internasional, integritas wilayah dan kedaulatan.
Pernyataan itu disampaikan Biden pada pembukaan pertemuan para pemimpin negara Asia-Pasifik yang tergabung dalam Quad –Amerika Serikat, Australia, India dan Jepang– di Tokyo.
Sehari sebelumnya Biden menawarkan dukungan militer AS bagi Taiwan, pulau yang diperintah secara mandiri tetapi diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya.
"Ini lebih dari sekadar isu Eropa. Ini adalah isu global," kata Biden tentang krisis di Ukraina.
Biden menekankan Washington akan berdiri bersama sekutu-sekutu AS dan mendorong terciptanya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
"Hukum internasional, hak asasi manusia harus selalu dibela terlepas di mana pelanggaran terjadi di dunia," katanya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada para pemimpin bisnis global di Davos pada Senin bahwa dunia harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia agar negara-negara lain tidak menggunakan "kekuatan brutal" untuk mencapai tujuan.
Uni Eropa (EU) kemungkinan akan menyepakati embargo terhadap impor minyak Rusia "dalam beberapa hari", setelah Moskow mengatakan hubungan ekonominya dengan China akan meningkat di tengah isolasi oleh Barat atas konflik di Ukraina.
Banyak dari 27 negara anggota EU yang sangat bergantung pada energi Rusia, yang menuai kritik dari Kiev bahwa blok tersebut tidak bergerak cukup cepat untuk menghentikan pasokan.
Hongaria menuntut investasi di bidang energi sebelum menyetujui embargo, berbeda dengan negara-negara EU lain yang mendorong agar embargo itu segera disetujui.
EU telah menawarkan bantuan 2 miliar euro (Rp31,26 triliun) kepada negara-negara Eropa tengah dan timur yang kekurangan pasokan energi dari luar Rusia.
"Kami akan mencapai sebuah terobosan dalam beberapa hari," kata menteri ekonomi Jerman Robert Habeck kepada media penyiaran ZDF.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Kremlin akan fokus kepada peningkatan hubungan dengan China saat hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat dan Eropa terputus.
"Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu untuk melanjutkan hubungan, maka mereka harus mempertimbangkan secara serius apakah kami memerlukannya atau tidak," kata dia dalam sebuah pidato.
"Sekarang ketika Barat mengambil 'posisi diktator', hubungan ekonomi kami dengan China akan meningkat lebih pesat," kata Lavrov.
Zelenskyy pada Senin mendesak sekutu-sekutu Ukraina untuk menekan Moskow agar mau bertukar tawanan.
"Pertukaran orang - adalah masalah kemanusiaan saat ini dan keputusan sangat politis yang bergantung pada dukungan banyak negara," kata Zelenskyy saat melakukan tanya-jawab lewat panggilan video dengan peserta Forum Ekonomi Dunia di Davos.
"Kami tidak butuh tentara Rusia, kami hanya memerlukan (tentara) kami," katanya.
"Kami siap bertukar (tawanan), bahkan besok."
Sumber: Reuters
Baca juga: Putin: Rusia akan respons ekspansi NATO ke Finlandia dan Swedia
Baca juga: Rusia akan pertimbangkan bangun kembali hubungan dengan Barat
Baca juga: Militer Rusia klaim hancurkan pasokan senjata Barat di Ukraina
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022