Saat ini kita dihadapkan dengan dinamika global yang sangat nyata,

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan saat ini dunia menghadapi tiga ancaman besar mulai dari perubahan iklim, normalisasi kebijakan moneter, hingga pengetatan likuiditas.

“Saat ini kita dihadapkan dengan dinamika global yang sangat nyata,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa.

Sri Mulyani menjelaskan normalisasi kebijakan keuangan terutama di bidang moneter dilakukan untuk merespons kenaikan inflasi akibat kenaikan harga komoditas.

Baca juga: Sri Mulyani: RI bertanggung jawab tangkap perubahan risiko global

Normalisasi kebijakan moneter dan pengetatan likuiditas ini telah menimbulkan disrupsi di seluruh dunia termasuk Indonesia. “Disrupsi rantai pasok yang muncul akibat meningkatnya geopolitik menjadi perhatian dan harus kita waspadai,” ujarnya.

Terlebih lagi, konflik antara Rusia dan Ukraina turut memperparah situasi geopolitik dunia saat ini yang pada akhirnya menimbulkan ancaman krisis mulai dari energi, pangan, sampai keuangan.

Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk sebuah grup untuk mengantisipasi tiga potensi krisis dunia yaitu energi, pangan, dan keuangan.

Sri Mulyani menegaskan Indonesia harus mampu merespons secara tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat aksi terhadap berbagai potensi ancaman dunia.

Ia optimistis pemerintah akan mampu mengatasi gejolak global mengingat upaya yang telah dilakukan dalam menghadapi krisis seperti krisis kesehatan akibat pandemi COVID-19 mulai membuahkan hasil.

Baca juga: Bank Dunia: Mitigasi perubahan iklim perlu untuk dukung ekonomi

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan penanganan COVID-19 telah memberikan dampak positif yakni membangkitkan aktivitas ekonomi domestik.

Implementasi kebijakan makro fiskal melalui APBN yang responsif mampu membuat pemerintah merespon secara fleksibel dan sinergis dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi yang tidak mudah.

Ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5,01 persen pada triwulan dari China sebesar 4,8 persen, Jerman 3,7 persen, Korea Selatan 3,1 persen dan Singapura 3,4 persen.

Pertumbuhan yang kuat ini juga didukung oleh stabilisasi tingkat harga atau inflasi yang tercatat 0,95 persen (mtm) atau 3,47 persen (yoy) pada April 2022.

“Angka inflasi Indonesia masih dalam rentan target 3 plus minus 1 persen dan jauh di bawah inflasi di dunia yang bahkan ada yang mencapai double digit,” kata Sri Mulyani.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022