Roma (ANTARA News) - Perompak Somalia membebaskan sebuah kapal minyak Italia yang dibajak pada Februari bersama awaknya yang terdiri dari lima orang Italia dan 17 warga India setelah menahannya selama hampir 11 bulan, kata pemerintah Italia, Rabu.
Perdana Menteri Mario Monti menyatakan sangat puas atas pembebasan kapal Italia "Savina Caylyn" dan awaknya, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.
Awak kapal dan keluarga mereka menghadapi ujian berat dalam beberapa bulan ini, kata pernyataan itu, tanpa penjelasan terinci mengenai bagaimana kapal itu dibebaskan.
Tanker dengan berat 105.000 ton milik perusahaan perkapalan Napoli Fratelli D`Amato itu dibajak pada 8 Februari setelah lima perompak di sebuah perahu melepaskan tembakan dengan peluncur roket dan senapan mesin di dekat pulau Yaman Socotra.
Kapal itu sedang dalam perjalanan dari Sudan ke Malaysia dan membawa minyak mentah bagi perusahaah perdagangan komoditas Arcadia ketika dibajak.
Savina Caylyn adalah kapal terakhir Italia yang dikuasai perompak Somalia.
Sebuah kapal dagang yang dibajak pada April di lepas pantai Oman bersama enam orang awak Italia dan 15 Filipina dibebaskan pada November setelah uang tebusan dikabarkan dibayar.
Pada Oktober, pasukan komando AS dan Inggris menyerbu sebuah kapal Italia yang dibajak, menangkap para perompak dan membebaskan 23 orang awak kapal yang terdiri dari tujuh orang Italia, 10 Ukraina dan enam India.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan maritim di kawasan itu, sedikitnya 47 kapal asing dan lebih dari 500 pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011