Investor masih tertarik pada greenback, tetapi tekanan mata uang asing telah menciptakan sedikit hambatan bagi dolar AS
New York (ANTARA) - Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya jatuh pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), sementara euro menguat setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan langkah keluar dari suku bunga negatif, dan mata uang berisiko menguat bersama dengan ekuitas.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan dalam sebuah posting blog bahwa bank kemungkinan akan mengangkat suku bunga simpanan kawasan euro dari wilayah negatif pada akhir September dan dapat menaikkannya lebih lanjut jika melihat inflasi stabil di 2,0 persen.
Setelah menurun pekan lalu, ekuitas AS mengikuti saham Eropa yang lebih tinggi pada Senin (23/5/2022).
Reli euro terjadi karena dolar turun secara luas setelah dilanda aksi jual minggu lalu.
Investor memiliki selera yang lebih besar untuk aset berisiko pada Senin (23/5/2022) karena mereka bereaksi terhadap komentar Lagarde dan meredakan kekhawatiran bahwa resesi Eropa akan segera terjadi sementara prospek AS tampak kurang menginspirasi, menurut Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo New York.
"Kami melihat lebih banyak optimisme seputar pertumbuhan global - pertumbuhan Eropa, pertumbuhan China, pertumbuhan Inggris, dan sedikit optimisme tentang pertumbuhan AS. Jadi tema divergensi pertumbuhan benar-benar hal yang besar dan tidak disukai dolar," kata Nelson.
Euro adalah pencetak keuntungan terbesar, terakhir naik 1,13 persen pada 1,0687 dolar, setelah melonjak 3,4 persen dari level terendah intraday multi-tahun di 1,0349 dolar pada 13 Mei.
Indeks dolar AS, yang mencapai tertinggi dua dekade di 105,01 pada 13 Mei, terakhir turun 0,82 persen pada 102,09.
"Investor masih tertarik pada greenback, tetapi tekanan mata uang asing telah menciptakan sedikit hambatan bagi dolar AS," kata JB Mackenzie, direktur pelaksana berjangka dan valas di Charles Schwab.
Secara khusus, Mackenzie menunjuk kenaikan euro setelah ECB mengindikasikan akan menjadi lebih hawkish.
"Semua (bank sentral) telah menaikkan suku bunga. ECB adalah yang terakhir melakukan itu sehingga itulah yang memberi tekanan pada euro. Sekarang tiba-tiba, Anda mulai mendengar bahwa mereka akan mengubah rute kebijakan," kata Mackenzie, dikutip dari Reuters.
Apakah dolar mengambil nafas atau terus jatuh akan tergantung pada berita dari Federal Reserve AS, menurut Mackenzie, yang akan mengawasi dengan cermat petunjuk kebijakan dalam risalah dari pertemuan Fed, yang akan dirilis minggu ini.
Greenback telah melonjak tahun ini tetapi dengan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga berulang sudah diperhitungkan, Nelson dari Wells Fargo mengatakan mungkin diperdagangkan menyamping untuk beberapa waktu.
Pekan lalu posisi net long spekulan pada dolar AS tergelincir, setelah mencapai level tertinggi sejak akhir November di minggu sebelumnya, menurut perhitungan Reuters dan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada Jumat (20/5/2022).
Dolar Australia, yang awalnya menunjukkan reaksi diam terhadap kemenangan Partai Buruh kiri-tengah dalam pemilihan nasional akhir pekan, naik 0,77 persen pada 0,7106 dolar AS.
Sementara franc Swiss menguat terhadap dolar setelah anggota dewan gubernur Swiss National Bank (bank sentral Swiss) Andrea Maechler mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Senin (20/5/2022) bahwa bank akan memperketat kebijakan moneter jika inflasi di Swiss tetap tinggi.
Dolar terakhir turun 0,89 persen terhadap franc Swiss setelah mencapai level terendah sejak akhir April.
Sentimen di sekitar China juga membantu mata uang yang lebih berisiko. Shanghai keluar dari penguncian terkait pandemi, dan penurunan suku bunga besar yang tak terduga di China pekan lalu meyakinkan investor. China juga akan memperluas rabat kredit pajaknya, menunda pembayaran jaminan sosial dan pembayaran pinjaman, meluncurkan proyek investasi baru dan mengambil langkah lain untuk mendukung ekonomi, kata kabinet mengutip televisi pemerintah, Senin (23/5/2022).
Yuan mengalami minggu terbaiknya sejak akhir 2020 pekan lalu dan di pasar luar negeri pada Senin (23/5/2022) menguat menjadi 6,704 per dolar, terkuat sejak awal Mei.
Geopolitik juga menjadi fokus di Asia minggu ini ketika Presiden AS Joe Biden mengunjungi wilayah tersebut.
Baca juga: Rubel menguat menuju ke tertinggi multi-tahun terhadap dolar dan euro
Baca juga: Euro menguat karena harapan pertumbuhan kurangi permintaan dolar
Baca juga: Yuan melonjak 731 basis poin menjadi 6,6756 terhadap dolar AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022