Jambi (ANTARA) - Lahan gambut yang merupakan tanah jenuh air membuat masyarakat di Desa Pematang Rahim dan sekitarnya harus lebih kreatif.

Kreatifitas inilah diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dalam pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan tersebut.

Mengelola gambut secara berkelanjutan adalah keharusan dan jika tidak ada bencana ekologi akan sangat mudah bagi warga Pematang Rahim, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi untuk melaksanakan budidaya ikan tomat (channa micropeltes).

Kehadiran kanal atau parit besar untuk membasahi lahan gambut telah bisa dimanfaatkan warga untuk membudidayakan ikan toman. Kanal ini pun pada musim kemarau dapat menyebabkan gambut basah atau tidak kering sehingga bisa mencegah kebakaran. Sedangkan di musim hujan, air akan sangat berlimpah sehingga mudah mengalami kebanjiran.

Salah satu strategi restorasi gambut yang beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat adalah dengan pembuatan sekat kanal. Upaya ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan daya tampung air pada lahan gambut sehingga dapat mempertahankan muka air gambut mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut.

Di Desa Pematang Rahim sebagian kawasan adalah gambut dan desa ini memiliki hutan lindung gambut dan telah mendapatkan izin pengelolaan hutan desa seluas 1.085 Ha melalui SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.55694/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/10/2017, kata Fasilitator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Yozi Putriani.

Keberadaan kanal-kanal turut mempengaruhi gambut yang ada di desa ini. Terutama yang berasal dari perusahaan besar, perkebunan sawit dan hutan tanaman yang mengelilingi desa ini persoalan ekologi yang kerap menyinggahi desa-desa gambut sudah menjadi pembelajaran bagi warga Pematang Rahim.

"Pembuatan sekat kanal menjadi bagian penting bagi warga desa, sekaligus berupaya memanfaatkan kanal untuk tujuan ekonomi," kata Yozi Putriani yang melakukan pendampingan masyarakat di Desa Pematang Rahim.

Untuk itu penting adanya pendataan potensi usaha di atas lahan gambut yang bisa dilakukan masyarakat secara berkelanjutan. Diantaranya adalah budidaya ikan toman di kanal gambut.

KKI Warsi mendorong dan mendukung inisiatif warga desa Pematang Rahim untuk melakukan budidaya ikan toman yang adaptif terhadap kondisi air gambut. Dulunya rawa gambut merupakan habitat ikan gabus dan toman. Hanya saja belakangan populasi ikan ini terus menyusut di alam akibat pengambilan yang brutal.

Sementara itu Syamsudin, nelayan mengatakan dirinya selama ini merupakan penangkap ikan rawa yang merupakan warga Pematang Rahim yang menjelaskan bahwa dahulunya mudah kita mencari ikan di kanal gambut, namun seiring berjalannya waktu, kini sudah sangat sulit sekali mendapatkan ikan di kanal atau pun rawan sekitar.

Dikatakan Syamsudin, harga ikan gabus dan toman tinggi dibandingkan ikan lainnya. Ketika dirinya mendapatkan ikan toman dari hasil pancingan, banyak masyarakat desa berani menawar dengan harga tinggi.

Hanya saja ikan ini makin sulit di dapatkan dan diduga eksploitasi ikan di lahan gambut ini secara berlebihan maka menjadi sebagai penyebab langkahnya ikan toman tersebut, seperti penggunaan putas dan menyentrum ikan dapat menjadi pemicu kelangkaan.

Dari diskusi mendalam dan dengan dukungan KKI Warsi yang berkegiatan di desa ini untuk mendorong pengelolaan gambut secara berkelanjutan, melahirkan gagasan untuk budidaya ikan toman dan gabus.

Untuk mematangkan konsep budaya ini, Warsi mengajak pak Syamsudin bersama anggota lainnya mengikuti kegiatan pelatihan ke Desa Terjun Gajah yang telah memiliki sejarah 20 tahun terakhir dikenal dengan masyarakat yang membudidayakan ikan Toman di air gambut.

Kegiatan ini bertujuan untuk proses belajar bagi penggiat-budidaya ikan di Desa Pematang Rahim. Pelatihan ini meliputi teknis budidaya ikan toman di air gambut serta peluang pemasaran ikan toman untuk daerah Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat.

Peluang ini disambut baik oleh warga Pematang Rahim, memulai mengembangkan budidaya ikan di kanal gambut.Ikan toman dan ikan gabus memang ikan yang tidak asing lagi karena terkenal akan manfaat proteinnya yang tinggi.

Selepas dari kegiatan pelatihan, keyakinan untuk mengembangkan ikan toman semakin tinggi, melihat potensi desa dengan kanal gambut dan sejarah desa yang terkenal dengan ikan gambus dan ikan toman serta keyakinan untuk berhasil melalui usaha ikan toman ini.

Kini kelompok binaan KKI Warsi itu memiliki semangat yang sama dan harapan berhasil, kini mereka mulai membersihkan kanal yang terdapat di belakang rumah untuk mendapatkan lokasi budidaya ikan toman tersebut. Kemudian membeli bibit ikan toman dan membuat keramba ikan.

Saat ini sudah ada beberapa kelompok yang memiliki keramba ikan toman dan 500 ekor bibit yang sedang dipelihara. Dengan harapan nantinya dari keramba itu akan bertambah lagi dari hasil budidaya. Sehingga bisa menjadi tambahan perekonomian masyarakat dan menjaga kondisi lahan gambut tetap basah dengan memelihara kanal kanal yang ada di sekitar lahan gambut.

Ikan toman memiliki ciri kepala besar dan mulut besar, serta memiliki gigi runcing tajam. Tubuhnya bulat panjang seperti torpedo serta ekor membulat. Ikan toman ini dapat tumbuh besar mencapai panjang lebih dari satu meter.

Ikan toman ini tergolong sebagai ikan buas, yakni predator yang memangsa aneka jenis ikan lainnya. Tak hanya itu, ikan ini juga bisa memangsa hewan lain seperti serangga dan kodok yang berada di lingkungannya. Ikan toman biasanya tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Data dari Wikipedia bahasa Indonesia, ikan toman adalah nama sejenis ikan buas dari suku ikan gabus (channidae). Memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan gabus, toman dapat tumbuh besar mencapai panjang lebih dari satu meter dan menjadi spesies yang terbesar dalam sukunya.

Ikan toman dalam bahasa Inggris dikenal sebagai red snakehead, redline snakehead merujuk pada warna tubuhnya ketika muda, atau Mabar snakehead. Nama snakehead mengacu pada bentuk kepalanya yang menyerupai kepala ular. Sementara nama ilmiahnya adalah channa micropeltes.

Ikan toman tergolong kepada ikan buas, yakni predator yang memangsa aneka jenis ikan lainnya serta hewan-hewan lain seperti serangga dan kodok yang berada di lingkungannya.

Toman merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari. Dagingnya yang putih lembut menjadikan toman sebagai salah satu favorit untuk ikan bakar, digulai atau dimasak sup. Toman juga kerap diasinkan dan dijual ke Jawa sebagai ‘ikan gabus’ asin.

Selain dapat mencegah kebakaran karhutla, budi daya ikan toman jika ditekuni juga dapat menambah pendapatan masyarakat.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2022