Baghdad, (ANTARA News) - Serangkaian pembom Selasa menewaskan 64 orang, termasuk 25 orang dalam ledakan bom mobil di luar sebuah masjid Syiah di Baghdad, meningkatkan kekhawatiran mengenai babak baru kekerasan sektarian di Irak.
Sementara gerilyawan melancarkan gelombang baru serangan pada tatanan etnik dan keagamaan yang rapuh di negara tersebut, Presiden AS George W. Bush memperingatkan bahwa Irak harus memilih antara "kekacauan dan persatuan" pada hari dimana serangan-serangan juga mencederai 182 orang.
Sebuah bom mobil meledak Selasa malam di luar masjid Syiah di daerah al-Hurriya, Baghdad timurlaut, menewaskan 25 orang dan mencederai 43 lain, kata seorang pejabat keamanan.
Ledakan itu terjadi hanya beberapa jam setelah tiga bom meledak Selasa pagi dalam selang waktu cepat di daerah-daerah Syiah-Sunni di ibukota Irak tersebut, menewaskan sedikitnya 30 orang dan mencederai 130 lain.
Serangan-serangan Selasa itu mengingatkan orang akan serangan bom Rabu lalu terhadap sebuah masjid terkenal Syiah di Samarra, sebelah utara Baghdad, yang menyulut gelombang pembalasan Syiah terhadap minoritas Sunni Irak yang mendorong negara itu ke ambang perang saudara.
Kekerasan terakhir itu menggganggu upaya-upaya AS dan Irak untuk memulihkan stabilitas dan keamanan di Irak dan terjadi di tengah upaya untuk memulai lagi perundingan mengenai pembentukan pemerintah persatuan nasional yang akan memasukkan kelompok-kelompok Sunni dalam koalisi yang dipimpin Syiah.
Pemerintah Irak menyatakan, 379 orang tewas dan 458 cedera dalam kekerasan di negara itu sejak pemboman Rabu di Samarra.
Serangan-serangan bom terakhir di Baghdad itu terjadi hanya sehari setelah pihak berwenang mencabut larangan keluar rumah dan larangan berkendaraan di kota tersebut.
Di Washington, Bush mengungkapkan kekhawatiran mengenai keadan yang memanas.
"Rakyat Irak dan pemimpin mereka harus memilih. Pilihannya adalah kekacauan atau persatuan," kata Bush, yang menolak mengatakan bagaimana kerusuhan itu akan mempengaruhi rencana AS untuk mengurangi jumlah pasukan tahun ini.(*)
Copyright © ANTARA 2006