"Untungnya dalam tiga tahun Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dengan produksi beras, jadi bahan pokok tersedia di dalam negeri. Jadi kita harap Indonesia dapat melewati badai kenaikan harga pangan," ucapnya dalam webinar paviliun Indonesia di pertemuan World Economic Forum (WEF), Senin.
Menurut Airlangga, Indonesia tidak akan terdampak langsung oleh perang Rusia dan Ukraina karena nilai perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut hanya sekitar 2 miliar dolar AS dalam setahun.
Hanya saja sebanyak 40 persen dari total kebutuhan gandum dalam negeri diimpor dari Ukraina.
"Itu akan berdampak kepada perusahaan mie kita, yang mana pada saat ini mereka dapat menyalurkan kenaikan harga gandum kepada kebaikan harga mie," katanya.
Kenaikan harga mie diperkirakan bakal terjadi di 2022 sekalipun perusahaan mie Indonesia telah mengamankan kontrak impor gandum sampai September 2022 mendatang.
"Saat ini perusahaan dapat menyalurkan kenaikan harga gandum ke kenaikan harga mie, sehingga akan terdapat inflasi harga mie. Dalam tiga tahun terakhir kenaikan harga mie hampir nol," ucapnya.
Selain harga pangan, Airlangga mengatakan pemerintah juga terus mengantisipasi kenaikan harga energi terutama menjelang kuartal III 2022 ketika negara-negara di Eropa mengalami musim dingin dan membutuhkan lebih banyak energi untuk penghangat mereka.
"Kita akan melihat harga minyak naik. Ketika saya bertemu dengan menteri Arab Saudi, mereka ingin menambah produksi tapi perkiraan harga minyak masih di sekitar 100 sampai 110 dolar AS per barel sampai akhir tahun," katanya.
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022