Penulangan serta kajang itu sama halnya dengan pasword serta pasport ketika kita hendak naik pesawat

Amlapura (ANTARA News) - Bagi umat Hindu di Bali, setiap menyelenggarakan upacara pengabenan atau pembakaran mayat selalu dilengkapi dengan "penulangan" atau tempat tulang pembakaran mayat yang disimbolkan dengan patung binatang.

"Simbol penulangan ada berbagai macam mulai dari sapi hitam, singa, macan, gajah mina, "ulam agung" atau sejenis ikan, bogam atau persegipanjang yang dihiasi ikan dan lain sebagainya,"kata Ida Bagus Aji Mangku, salah seorang arsitek penulangan atau tempat tulang di Griya Singarata, Kecamatan Rendang, Selasa.

Ia mengatakan masing -masing simbol dipergunakan berdasarkan asal keturunannya mulai dari keturunan Pasek, Dalem serta Arya dan keturunan lainnya.

Menurutnya bukan hanya simbol yang berbeda, namun proses pembakarannya pun berbeda sesuai dengan Bhisama leluhurnya.

Seperti misal Keturunan Dalem Tarukan, pada saat pembakaran simbol itu kepala sapinya menghadap ke Barat, tidak seperti lainnya.

Hal ini dilakukan sesuai dengan Bhisama yang diturunkan Ida Bhatara Dalem Tarukan yakni mayat yang dikubur atau dibakar kepalanya di arah Barat.

Ia mengatakan berdasarkan lontar purana tatwa Isaka 105 sebelum Masehi, penulangan itu dibuat sebagai simbol leluhur atau kawitan.

"Penulangan" itu sama halnya dengan "kajang" atau penghantar roh yang diaben ke leluhur atau kawitan.

"Penulangan serta kajang itu sama halnya dengan pasword serta pasport ketika kita hendak naik pesawat," katanya.

Selain itu penulangan itu merupakan simbol yang ? ngadakang rage? atau membuat manusia itu lahir.

Jika dalam prosesi pengabenan, tidak dilengkapi dengan sarana ini, dipastikan upacara ngaben itu tidak berjalan mulus dan baik.

Bukan itu saja, seperti dijelaskan dalam Bhisama Lontar Purana Tatwa, sire lali ring kawitan sugih gae tede pejahtasmat artinya dereng pantes mati sampun mati.

Jika lupa akan kawitan dipastikan kehidupan akan berjalan tidak sesuai dengan kodratnya.

Apapun yang dikerjakan tidak akan pernah ada hasilnya.

Ditanya soal warna simbol, Gus Aji Mangku demikian sering disapa mengatakan tidak ada pengaruhnya, tergantung seni yang membuatnya. (ANT)

Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2011