Beijing (ANTARA) - Sekitar 5.000 warga Kota Beijing, China, dikirim ke pusat karantina terpadu setelah ditemukan 26 kasus positif COVID-19 di salah satu kompleks permukiman di Distrik Chaoyang.

"Virus menyebar dengan cepat dan tersembunyi. Sesuai kebijakan, masa lockdown masyarakat akan dihitung ulang dan diperpanjang setelah setiap kasus baru ditemukan," kata Ketua Tim Dukungan Medis Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Kawasan Nanxinyuan, Distrik Chaoyang, Guo Xianghui, dikutip media lokal, Senin.

Pada Sabtu (21/5) pihaknya telah menemukan 26 kasus baru di delapan blok apartemen sejak dikunci pada 12 Mei lalu.

Sejak Sabtu itu pula warga yang tinggal di kawasan itu mulai menjalani isolasi mandiri selama tujuh hari.

Baca juga: Ilmuwan China kembangkan vaksin mosaik untuk tangkal berbagai varian COVID-19

Mulai Sabtu, otoritas Beijing memperketat kontrol wilayah di lima distrik, termasuk Chaoyang, dengan menutup pusat-pusat perbelanjaan, arena hiburan dalam ruang, dan objek wisata seiring dengan makin tidak menentunya hasil dari upaya antipandemi di Ibu Kota.

Dalam 24 jam mulai Jumat (20/5) hingga Sabtu (21/5) di Beijing terdapat 63 kasus baru.

Sebelumnya lima kampus di Distrik Fangshan juga dikunci setelah ditemukan kasus positif pada 11 mahasiswa dari salah satu kampus.

Beijing dilanda gelombang terkini Omicron sejak 22 April yang kemudian pada 1 Mei diterapkan lokcdown secara parsial. Selama masa penguncian itu, semua restoran dan kafe hanya melayani pembelian makanan dan minuman untuk dibawa pulang.

Putaran tes PCR massal yang seharusnya berakhir pada Kamis (19/5) akhirnya diputar kembali. Bahkan beberapa tempat tes PCR telah dibuka lagi.

Baca juga: KBRI Beijing ingatkan pelajar Indonesia tenang, patuhi prokes
Baca juga: China dan Liga Arab berjanji perdalam kerja sama anti-COVID-19

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022