Yogyakarta (ANTARA News) - Skala letusan gunung api purba di Pulau Jawa sama besar dengan letusan Gunung Api Toba Sumatra Utara karena memiliki kemiripan material sisa letusan.
Peneliti Jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Prasetyadi di Yogyakarta, Senin, mengatakan, sisa-sisa letusan Gunung Api Purba di sepanjang Pulau Jawa yang terjadi 20 juta tahun lalu memiliki ciri yang sama dengan letusan Gunung Api Toba.
Menurut dia, sisa-sisa gunung api purba berupa bebatuan memiliki ketebalan piroklastik atau endapan hasil letusan lebih dari 300 meter dengan jangkauan letusan hingga ratusan kilometer.
"Para peneliti geologi bahkan memperkirakan gunung api purba di Pulau Jawa yang biasa disebut dengan Formasi Gunung Api Semilir memiliki ketebalan piroklastik 600 meter," kata dia.
Menurutnya, bebatuan sisa erupsi Gunung Api Semilir di Pulau Jawa, yang terdiri dari lapisan batuan beku atau tuf, abu vulkanik, dan batu apung mengalami proses sedimentasi menandakan komposisi jenis bebatuan yang sama dengan sisa erupsi Gunung Api Toba.
Ia mengatakan letusan gunung api purba di Pulau Jawa juga bisa dikenali dengan fosil binatang laut.
"Letusan Gunung Api Purba terjadi di laut dan belum ada tanda-tanda kehidupan manusia. Skalanya sama hebatnya dengan letusan Gunung Api Toba," katanya.
Ia mengatakan letusan gunung api purba Pulau Jawa dipastikan berhenti sejak jutaan tahun lalu dengan tanda-tanda ditemukannya batu gamping di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul," kata dia.
Dia mengatakan letusan gunung api purba menjadi tanda sejarah pembentukan Pulau Jawa dengan melihat ciri-ciri geologi.
Menurutnya, mempelajari sejarah letusan gunung api purba di Pulau Jawa bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya mitigasi.
"Dengan memahami sejarah gunung api purba masyarakat akan memahami Pulau Jawa penuh dengan risiko bencana alam yang terjadi sejak puluhan jutaan tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan masyarakat akan semakin sadar dan berupaya melakukan mitigasi jika memiliki pengetahuan yang cukup tentang sejarah letusan gunung api.
"Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harapannya akan semakin memahami ancaman bencana dan bisa melakukan upaya mitigasi dengan menggunakan pengetahuan itu," kata dia.
(ANT-293/B012)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011