Itu semua menjadi cermin cara beragama yang bukan intinya beragama
Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Al Makin mengajak masyarakat Indonesia menerapkan sikap dan perilaku beragama yang baik dan santun, bukan memenuhi konten media dengan simbol-simbol agama yang berlebihan.
"Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk merenungkan kembali bagaimana beragama yang lebih baik dan lebih santun. Kembali ke tengah dalam beragama," kata Rektor dalam sambutan pembukaan Konferensi Penyiaran Indonesia yang digelar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu.
Menurut Rektor, banyak sekali materi penting yang bisa dikemas menjadi pesan-pesan keagamaan melalui berbagai konten baik di media sosial.
"Seperti mengajak berbuat kebaikan, (mencegah) pemanasan global, kerusakan lingkungan, isu pulau Jawa yang akan tenggelam, kerukunan dalam perbedaan, moderasi beragama," kata Al Makin.
Jika mengamati konten-konten di medsos, Youtube, atau televisi yang dipenuhi konten-konten agama atau simbol simbol agama yang berlebihan, menurut dia, itu tanda masyarakat sedang tidak baik-baik saja, sedang berkonflik, berebut kekuasaan, atau berebut yang lainnya.
"Itu semua menjadi cermin cara beragama yang bukan intinya beragama. Agama menjadi candu, dan bukan menjadi penuntun akhlak," katanya.
Dia juga mengatakan hasil riset menunjukkan bahwa konten di medsos, Youtube, dan televisi dipenuhi simbol-simbol agama yang berlebihan, ritual agama yang berlebihan, siaran televisi religi menjadi sangat religius. "Ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia sedang berkonflik," katanya.
Demikian juga hasil riset yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia melakukan umrah atau haji berkali kali, juga banyak membangun masjid, tetapi tidak memakmurkannya. "Itu artinya masyarakat Indonesia sedang tidak baik-baik saja," katanya.
"Jika tidak segera disadari dan melakukan pembenahan, justru akan membahayakan eksistensi Bangsa Indonesia," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Konferensi Penyiaran Indonesia Tariq Yasid mengatakan konferensi yang digelar pada 22-24 Mei dengan tema "Mewujudkan Media Komunikasi dan Penyiaran yang Berbasis Etika, Moral dan Kemanusiaan menuju Peradaban Baru" tersebut diawali dengan Diseminasi Potret Siaran Religi di Televisi.
Menurut dia, potret siaran religi menjadi salah satu rangkaian dari pelaksanaan penelitian indeks kualitas siaran televisi sepanjang tahun 2022, yang melibatkan para dosen dan peneliti dari 12 universitas ternama di Indonesia, termasuk UIN Sunan Kalijaga dengan pengendali riset lapangan, Dr. Bono Setyo.
"Dengan melibatkan para dosen dan peneliti dari perguruan tinggi diharapkan dapat mengkritisi siaran religi, dan mendapatkan pengayaan konsep-konsep komunikasi yang baik untuk memperbaiki siaran religi di televisi," kata Bono Setyo.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022