"Perseroan Terbatas (PT) Inhutani I-V dan termasuk Perum Perhutani, kami arahkan mengubah kultur bisnis, dan lebih terbuka agar mampu meningkatkan kinerja perusahaan," kata Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Primer, Megananda Daryono, usai penandatangan kerja sama bisnis antara Perum Perhutani dan Bank BNI di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan arah BUMN arah hilirisasi meliputi industri kayu dan kehutanan terpadu yang mengolah hasil hutan yaitu kayu dan non-kayu. Caranya adalah dengan membangun pabrik plywood, industri furniture, pabrik gondorukem, dan terpentin, serta derivatifnya.
Menurut Megananda, selama ini dalam berbisnis BUMN Kehutanan belum terbuka atau masih masih secara tradisional atau lebih banyak menjual kayu gelondongan.
"Beberapa dari BUMN Kehutanan sudah memasuki industri hilir, namun belum digarap secara maksimal," katanya menandaskan.
Untuk itu, kata Megananda, sudah saatnya BUMN kehutanan masuk pada industri yang lebih terbuka dan mengarah pada industri hilirisasi hasil-hasil hutan.
Menurut data Kedeputian BUMN Bidang Usaha Industri Primer, total investasi yang dibutuhkan BUMN kehutuanan mencapai Rp31,4 triliun hingga tahun 2014.
Investasi tersebut diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja hingga 14 ribu orang ditambah masyarakat sekitar hutan kurang lebih empat juta orang yang terkonsentrasi di Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Selain hilirisasi industri manufaktur, Megananda juga menjelaskan bahwa potensi BUMN Kehutahan juga dapat dikerjasamakan dengan BUMN pangan dengan memanfaatkan lahan-lahan hutan untuk dijadikan sawah dan ladang yang ditanami tanaman pangan. (R017)
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2011