Pontianak (ANTARA) - Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Takdir Tuhan tak bisa ditolak dan pasti akan dialami semua makhluk. Begitu pula bagi jiwa seorang Viryan bin Abdul Azis yang berpulang pada Sabtu (21/5) dini hari, saat tugas sebagai anggota KPU RI periode 2017-2022 telah selesai.
Kabar mengenai meninggalnya sosok salah satu putra terbaik Kalimantan Barat (Kalbar) itu mengejutkan banyak pihak di daerah ini. Pada mulanya hanya sahabat dekat dan jajaran komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mengetahui apa yang sedang dialami Viryan beberapa saat menjelang kepergiannya itu.
Namun kabar tersebut segera menyebar luas pada subuh. Selepas orang lelap dari tidur malam dan bersiap untuk aktivitas akhir pekan. Pesan singkat melalui grup WhatsApp, kemudian ucapan duka dan ungkapan rasa kehilangan atas diri seorang Viryan Azis dan bermunculan di media sosial baik instagram maupun facebook.
Dia meninggal dalam perawatan di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, Sabtu (21/5) sekitar pukul 01.40 WIB. Ajal telah menjemputnya.
Sebelum berpulang, sejumlah teman menyebut Viryan tengah menyiapkan buku karyanya sendiri. Bahkan beberapa buku telah diterbitkan. Buku-buku itu di antaranya berjudul "Asal Usul Manajemen Pemilu Indonesia" dan "Barca, Data dan Secangkir Kopi". Viryan dikenal koleganya sebagai penyuka minuman kopi.
Dari facebook pribadinya pada 19 April lalu, Viryan menulis mengenai ungkapan syukurnya setelah berhasil menuntaskan nazar sejak tahun 2017. Tahun pertamanya bertugas sebagai anggota KPU RI. Penulisan buku itu adalah keinginan untuk membentang jejak pemilu Indonesia ke akarnya. Maka lahirlah buku "Asal Usul Manajemen Pemilu Indonesia".
Masih dia juga menyatakan bahwa buku itu 100 persen ditulisnya sendiri berbasis penggalian sekitar tiga tahun. Kata dia, "Ada beberapa teman baik yang pandai menulis ingin membantu, namun saya memaksa diri menulis sendiri. Ini bagian keluar dari zona nyaman."
Dia bersyukur buku itu juga sudah dibedah di kanal youtube: viryangopi oleh orang-orang yang sangat dihormatinya dan ahli di bidangnya. Ada Profesor Anhar Gonggong, Profesor Valina Singka Subekti, Hasyim Asy'ari, Ph.D, dan Kevin Evans. Dan moderatornya Uslimin, yang telah dengan sabar mengedit buku tersebut.
Riwayat hidup
Meski sebagai warga Kalimantan Barat, namun Viryan lahir di Jakarta pada 4 September 1975.
Mantan anggota KPU RI periode 2017-2022 ini diketahui mengikuti seleksi anggota KPU periode 2022-2027, namun belum terpilih karena berada di urutan 8 dari 7 nama yang terpilih.
Kepergiannya menyisakan banyak kenangan dan rasa kehilangan. Sebagai seorang jurnalis, saya sendiri merasakan kehilangan itu.
Viryan adalah narasumber yang sudah dikenal penulis sejak awal karier jurnalistik di Perum LKBN ANTARA Biro Kalbar, pada sekitar tahun 1997-1998. Ketika itu, Viryan masih sebagai aktivis mahasiswa, berdemonstrasi memperjuangkan kepentingan mahasiswa di kampusnya Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura. Ketika itu Viryan masih sebagai Ketua HMJ Manajemen, berlanjut sebagai Ketua Umum BPM FE Untan.
Dia juga memimpin demonstrasi mahasiswa menyongsong reformasi. Bersama sejumlah aktivis di Pontianak, mereka tak mau ketinggalan dari aktivis mahasiswa di pusat (Jakarta). Dia bersama rekan-rekannya seperti Faisal Riza, Muhammad Syarifuddin Budi, Subhan Noviar, dan sejumlah aktivis lainnya turun ke jalan untuk berdemonstrasi.
Karenanya, Viryan dikenal kalangan aktivis di Kalbar sejak pra dan era Reformasi. Saat Presiden Soeharto mengundurkan diri. Beberapa teman ditemui saat penjemputan jenazah di Kantor Gubernur Kalbar di jalan Ahmad Yani Pontianak, menyatakan tanggal 21 Mei -- Soeharto mengundurkan diri -- ini momentumnya, dan pada tanggal itu pula Viryan berpulang.
Ketiga teman karib yang selalu bersamanya pada masa-masa reformasi, juga hadir menjemput jenazah almarhum saat tiba di Pontianak dari Jakarta, Sabtu (21/5) sekitar pukul 15.30 WIB.
Viryan juga pernah menjadi Ketua Umum HMI Pontianak pada 2000-2002. Karena itu pula dia dikenal luas di kalangan senior dan yunior HMI baik Kalbar maupun nasional. Gelar S2 (Magister Manajemen) diperolehnya di Fakultas Ekonomi Untan pada 2006.
Selain itu, dia diketahui sebagai pendiri dan direktur Dompet Ummat 2001-2013. Lembaga ini membantu duafa dan warga tidak mampu dengan memberikan santunan, zakat/fitrah, hingga bantuan sosial lainnya. Dari lembaga bentukannya itu pula, Viryan mengenal Dina Diana Andrini yang kemudian menjadi pendamping hidupnya dan memberikan empat orang anak. Anak mereka bernama Syifa, Akmal, Najwa, dan Alya.
Viryan mulai berkecimpung di bidang kepemiluan pada tahun 1999 sebagai Korbid Monev Komite Pemantau Pemilu (KPP) Pontianak. Kemudian berlanjut sebagai Presidium KIPP Kota Pontianak 2004-2009. Pada 2003-2008 menjadi Ketua Divisi Sosdiklih KPU Kota Pontianak, kemudian Ketua Divisi Mutarlih KPU Kota Pontianak pada 2003-2013.
Karier sebagai komisioner berlanjut ke tingkat provinsi Kalbar, yakni sebagai Ketua Divisi Humas, Datin, dan HAL KPU Provinsi Kalbar 2013-2017 dan anggota tim pemeriksa daerah (TDP) DKPP Kalbar tahun 2014-2017.
Pada tahun 2017, Viryan lolos sebagai anggota KPU RI untuk periode 2017-2022. Dia sempat menduduki jabatan sebagai Ketua Divisi Data dan Informasi.
Meski telah pindah ke ibu kota negara, dia tetap selalu menjalin komunikasi dengan teman-temannya di Kalbar, termasuk dengan kalangan media. Dia tak segan dan terusik ketika dihubungi via telepon ataupun hanya melalui pesan WhatsApp untuk janji wawancara.
Jika pun sedang sibuk, Viryan menyampaikan permintaan maafnya dan berjanji akan menghubungi kita jika sudah ada waktu yang longgar untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tersebut.
Duka mendalam
Saat acara pelepasan jenazah di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari mengingatkan semua yang hadir dalam acara itu, sesuai firman Allah SWT dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 185 bahwa "Setiap yang bernyawa pasti akan mati."
Hasyim menyatakan duka yang mendalam kepada keluarga besar dan masyarakat Kalbar. "Semoga apa yang dikerjakan mas Viryan menjadi amal soleh, amal jariah selama ini," katanya dengan suara serak menahan haru.
Wajah-wajah duka para pelayat, menambah suasana sendu di lokasi pelepasan itu.
Ketua KPU RI juga mengajak semua pihak yang hadir untuk memaafkan almarhum. Serta mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Kalbar Sutarmidji atas penghormatan kepada almarhum Viryan sehingga proses pelepasan jenazah dapat diadakan di Kantor Gubernur Kalbar.
Hasyim menutup sambutannya dengan memimpin pembacaan doa untuk almarhum. Jenazah yang tiba di Pontianak sudah memasuki petang hari, kemudian diantar ke Masjid Mujahidin yang masih berada di jalan Ahmad Yani, Pontianak.
Ratusan jemaah melaksanakan solat jenazah di masjid itu dipimpin Imam Ustaz H Baihaqi MA. Selepas itu, jenazah kemudian diantar ke peristirahatan terakhir di Pemakaman Muslim Danau Sentarum, Jalan Danau Sentarum, Kecamatan Pontianak Kota.
Disini juga tampak hadir ratusan pelayat. Mereka terdiri dari keluarga, sahabat, dan kolega.
Banyak di antara mereka adalah para anggota KPU dari kabupaten/kota di Kalbar yang datang dari wilayah berjarak ratusan kilometer dari Pontianak. Di antara mereka ada yang datang dengan berkendaraan motor, mobil, dan menumpang speedboat atau perahu motor cepat (Kabupaten Kayong Utara) atau pesawat (Kabupaten Ketapang). Kemudian ada anggota HMI, KAHMI serta teman lainnya.
Viryan dikenal banyak memiliki teman. Meski sempat menetap di Jakarta, namun dia tak melupakan teman-teman yang berada di kampung halamannya ini. Saat pulang ke Pontianak baik untuk tugas sebagai komisioner maupun saat cuti, dia selalu menghubungi teman-temannya untuk bertemu agar bisa ngobrol, diskusi ataupun sekadar ngopi bareng.
Setelah tak lagi bertugas mengurusi hal-hal berkaitan dengan kepemiluan, dia kembali pulang ke kampung halamannya. Namun kali ini bukan pulang untuk sementara, tetapi pulang untuk keabadian. Pulang yang tak pernah kembali bertugas.
Dia berpulang setelah menyelesaikan tugas sebagai anggota KPU RI periode 2017-2022.
Selamat jalan teman, selamat jalan orang baik. Tugasmu sudah selesai. Semoga Sang Pencipta melapangkan kuburmu. Aamiin.
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2022