Tanjung Selor (ANTARA) - Sejumlah kecamatan di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara direndam banjir akibat tingginya curah dan intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir.
"Banjir mulai tadi subuh akibat luapan hulu Sungai Sembakung. Banjir juga merendam sebagian wilayah Kecamatan Lumbis Induk dan Lumbis Ogong," kata Kepala Desa Mansalong, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan Pangiran Eddy saat dihubungi via pesan singkat di Tanjung Selor, Minggu.
Ia mengatakan di Mansalong, daerah pinggiran yang terkena. "Termasuk rumah kami, tinggi air sekitar satu meter. Mudah-mudahan tidak hujan lagi di hulu sungai. Banjir yang kedua pada 2022. Banjir awal tahun ini ketinggian air sempat sekitar dua meter dalam rumah," ujarnya.
Baca juga: Banjir di Nunukan Kaltara berangsur surut
Saat ini, sebagian warga sudah mengungsi ke daerah aman. Ia berharap pemerintah segera melakukan normalisasi sungai serta merelokasi pemukiman warga yang selama ini menjadi daerah "langganan banjir" setiap musim hujan.
"Banjir diperkirakan akibat faktor tingginya pendangkalan atau sedimentasi di beberapa titik sepanjang aliran Sungai Sembakung. Kami berharap pemerintah daerah serius menangani dan mengatasi masalah banjir, karena kini rutin terjadi setahun bisa dua atau tiga kali," ujarnya.
Salah satu usulan pihaknya kepada Pemkab Nunukan adalah pembangunan siring di sepanjang daerah aliran sungai Sembakung. Usulan ini sudah dimasukkan dalam SIPD (Sistem Informasi Pemerintahan Daerah).
Ia memperkirakan ada dampak lingkungan dari kian maraknya aktivitas pembukaan lahan untuk sektor perkebunan (sawit), pertambangan dan perhutanan.
"Iya, dulu saat saya masih kecil jarang sekali air sungai Sembakung ini meluap. 10 atau 20 tahun terakhir volume air Sungai Sembakung ini tidak seperti dulu lagi. Ada abrasi sepanjang pinggir sungai. Sekarang ini sulit melihat air Sungai Sembakung ini jernih seperti saat kami masih kecil. Sepanjang tahun air sungai keruh kecoklatan," paparnya.
Baca juga: Warga korban banjir di Sembakung menolak dievakuasi
Sementara itu, banjir juga melanda sebagian wilayah di Kabupaten Malinau. "Luapan Sungai Sesayap Malinau mulai menggenangi rumah warga sekitar 04.00 Wita di Desa Belayan, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau," kata Morhan, warga Malinau.
Selain banjir merendam rumah warga, juga fasilitas umum, termasuk ruang Sekolah SD 006 Belayan Malinau Utara, sehingga para pengelola sekolah bergotong royong menyelamatkan barang penting agar tidak rusak terkena air banjir.
Salah satu daerah terparah terkena banjir adalah jalan turunan bukit di daerah Salap Malinau. Puluhan kendaraan tidak bisa melintasi kawasan itu, karena cukup dalam, sehingga puluhan kendaraan roda dua dan empat tertahan di atas bukit.
Di kawasan hulu Sungai Sesayap Malinau terdapat juga sungai besar, yakni Sungai Mentarang dan Sungai Sembuak, sehingga jika curah dan intensitas hujan tinggi di pedalaman akan memperparah banjir Malinau.
Baca juga: Delapan desa di Nunukan lumpuh akibat banjir
Baca juga: Ratusan rumah warga terendam banjir di lima kecamatan di Nunukan
Selain terjadi banjir di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Sungai Kayan di Kabupaten Bulungan juga meluap. Sejumlah kawasan yang selama ini dikenal sebagai daerah "langganan banjir", antara lain Jalan Padat Karya di Tanjung Palas Hilir, area sekitar Kantor Cabang Pegadaian Tanjung Selor, Kantor Lurah Tanjung Palas Hilir, serta daerah Lebong dan Sabanar Baru.
Di Tanjung Selor, ibu kota Provinsi Kalimantan Utara, air menggenangi area Sabanar, Buluh Perindu, Jalan Imam Bonjol, Jalan Cik Ditiro, dan Jalan Semangka atau area di belakang Markas Komando Resor Militer Maharajalila.
Pewarta: Iskandar Zulkarnaen
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022