Lahore, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Puluhan ribu orang berkumpul dalam salah satu protes terbesar di Lahore, Pakistan, Minggu, untuk mengecam NATO dan AS atas pembunuhan 24 prajurit Pakistan belum lama ini di perbatasan dengan Afghanistan.
Pemrotes, yang terutama dari kelompok-kelompok muslim garis keras dan partai politik, berjanji akan berpawai ke Islamabad, ibu kota Pakistan, jika pemerintah tidak membatalkan perjanjian-perjanjian dengan AS yang dirancang untuk memerangi terorisme.
"Kami akan berpawai ke ibu kota jika pemerintah tidak membatalkan perjanjian-perjanjian kerja sama dengan AS dalam perang melawan teror," kata Hafiz Muhammad Saeed, seorang pemimpin senior Dewan Pertahanan Pakistan (PDC).
Sekitar 3.000 aktivis dari dewan itu, yang menyelenggarakan pawai tersebut, ikut mengamankan demonstrasi itu, yang dijaga oleh pasukan kepolisian yang berkekuatan 1.000 orang.
Saeed, pemimpin yayasan Jamaat-ud-Dawa dan pendiri Lashkar-e-Taiba (LeT) yang dituduh oleh India dan AS bertanggung jawab atas serangan-serangan di Mumbai pada 2008, memperingatkan, "Kami tidak akan lagi mentoleransi serangan di wilayah kami."
Seorang wartawan foto AFP yang meliput pawai Minggu memperkirakan jumlah peserta lebih dari 40.000, sementara dua pejabat kepolisian mengatakan bahwa lebih dari 70.000 orang mengambil bagian dalam aksi tersebut.
Pemrotes mengibarkan bendera-bendera kelompok mereka dan meneriakkan "Teman AS adalah pengkhianat" dan "Hidup Pakistan".
Liaqat Baloch, seorang pemimpin utama partai garis keras Jamaat-e-Islami (JI), mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan Pakistan menjadi sebuah koloni AS."
Serangan udara NATO yang mematikan pada 26 November telah membuat aliansi Pakistan-AS merosot ke titik terendah.
Pakistan menuduh pasukan pimpinan AS sengaja melancarkan serangan udara yang menewaskan ke-24 prajurit Pakistan itu, namun AS menyebut insiden itu sebagai sebuah kesalahan yang patut disesalkan.
Pakistan menutup perbatasannya dengan Afghanistan bagi konvoi perbekalan NATO, memboikot konferensi Bonn awal bulan ini mengenai masa depan Afghanistan dan memerintahkan personel AS mengosongkan pangkalan udara yang dikabarkan digunakan oleh pesawat-pesawat tak berawak CIA.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaida melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaida dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.
AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al-Qaida dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi.
Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan yang menewaskan ratusan orang sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei.
Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan dan menambah ketegangan antara kedua negara tersebut.
Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.
(Uu.M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011