Makassar (ANTARA) - Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc, mengatakan perlunya peningkatan SDM untuk menghadapi tantangan perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Prof Jamaluddin Jompa (JJ) dalam keterangannya di Makassar, Sabtu, menjelaskan bahwa perubahan iklim menjadi tantangan terbesar bagi sektor pertanian daerah.

“Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim sektor pertanian, sangat diperlukan peningkatan kemampuan SDM dalam menghadirkan upaya strategi adaptasi sebagai penyesuaian terhadap produktivitas dan teknologi bagi para kelompok tani,” katanya.

Saat ini tidak ada lagi tempat di muka bumi ini yang tidak terpengaruh oleh perubahan iklim, sehingga berbagai risiko juga akan terus meningkat dan sulit untuk diperbaiki.

Baca juga: Mahasiswa Fakultas Pertanian Unhas raih medali perunggu DiICE 2021

Baca juga: Mentan serahkan bantuan pertanian ke Unhas senilai Rp10 miliar

“Kita harapkan ada solusi baru dan efektif yang dihasilkan dalam pertemuan ini, kolaborasi menjadi hal penting untuk dilakukan bersama antara peneliti, akademisi dan kelompok tani, kita harap juga ada kerja sama dari pihak industri,” ujar Prof JJ.

Dekan Fakultas Pertanian Prof Dr Ir Salengke, MSc., menyampaikan perlunya sinergi dengan masyarakat, yang dalam hal ini adalah para kelompok tani yang telah mendapatkan pembinaan.

"Kita harap bisa berkolaborasi guna mewujudkan ketahanan iklim yang berdampak bagi penghidupan masyarakat yang berkelanjutan,” kata Prof Salengke pada seminar nasional bertema “Upaya Ketahanan Iklim: Kolaborasi Peneliti, Akademisi, dan Petani Menghadapi Perubahan Iklim”.

Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Dr.Yudi Sastro, SP MP., juga menjelaskan terkait ancaman perubahan iklim, tindakan adaptasi dan alat yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan co-benefit mitigasi.

Dijelaskan, aksi adaptasi sektor pertanian tersebut, diawali dengan munculnya berbagai gejala perubahan iklim, seperti peningkatan suhu udara yang kemudian dilakukan aksi adaptasi berupa penggunaan varietas yang adaptif terhadap suhu tinggi.

Lebih lanjut dijelaskan terkait penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi pada optimalisasi infrastuktur yang dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik pengairan dan drainase, pembuatan embung, sumur resapan, serta pengaturan pola tanam.*

Baca juga: Mentan dorong akademisi hadirkan inovasi pertanian

Baca juga: Rektor Unhas: Pertanian cerdas alternatif kaum milenial

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022