Belitung (ANTARA) - Selain menyimpan keindahan pantai yang memukau, Pulau Belitung juga memiliki aneka kuliner khas yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung. Salah satunya adalah ketam isi khas Belitung.

Hirun merupakan salah seorang pemuda asli Belitung yang menangkap peluang bisnis dari kudapan berbahan dasar daging kepiting itu.

Ketam isi adalah daging rajungan atau kepiting yang diolah menggunakan bumbu rahasia dan diisi ke dalam cangkang ketam untuk kemudian digoreng.

Sebelum memasarkannya ke masyarakat, Hirun melakukan riset untuk menemukan rasa yang cocok di lidah masyarakat. Tak tanggung-tanggung, ia meminta para relasi yang memiliki usaha pariwisata untuk menjajal dan mengoreksi rasa ketam isi buatannya.

Akhirnya pada 2013 Hirun mantap membangun usaha kuliner bersama istri dan ibunya dengan merek usaha Wijaya Crab.

Secara kasat mata, ketam isi milik Wijaya Crab tidak jauh berbeda dengan panganan serupa lainnya di Belitung. Namun jika melihat proses pembuatan dan mencicipinya, konsumen akan mendapatkan sensasi rasa tersendiri ketika makan ketam isi dari Wijaya Crab.

Hal tersebut karena Hirun berupaya menggunakan bahan-bahan premium dalam proses produksinya. Pria 38 tahun itu memperoleh kulit ketam dan daging kepiting dari nelayan di Belitung. Ia memaksimalkan produk lokal untuk memproduksi ketam isi Wijaya Crab.

Hirun menjaga kualitas produksi mulai dari menyortir kulit ketam, membersihkannya, penggunaan daging kepiting olahan, proses penggorengan, hingga pengemasan.

Selain itu ketam isi produksi Wijaya Crab juga memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya yakni bentuknya yang lebih padat. Hirun juga memiliki cara berbeda untuk menarik pelanggan yaitu dengan menghadirkan sambal cocol jeruk kunci yang bahan dasarnya merupakan khas Belitung.

Perpaduan antara ketam isi khas Belitung dengan sambal beraroma jeruk kunci yang juga berasal dari negeri laskar pelangi, diharapkan akan memikat hati para wisatawan.

Baca juga: Ketam isi, oleh-oleh khas Belitung


Pemasaran

Sebagai oleh-oleh khas Belitung, rumah produksi Wijaya Crab kerap didatangi wisatawan domestik untuk membeli ketam isi yang dikemas dan dibawa kembali ke kota asal mereka masing-masing.

Dengan harga berkisar antara Rp69.000-Rp119.000 sesuai ukuran dan jumlah isi, Hirun memasarkan produknya dengan strategi mencari pengecer atau reseller di berbagai kota besar di Indonesia.

Oleh-oleh khas Belitung ketam isi. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)

Hingga saat ini Wijaya Crab mampu memproduksi 15-20 kilogram daging kepiting atau sekitar 5.000 buah ketam isi per harinya dengan rentang produksi seminggu tiga hingga empat kali. Kini Hirun mempekerjakan tujuh orang pegawai lokal untuk membantu proses produksi.

Menurut Hirun, produk buatannya itu tahan selama dua hari di suhu ruang dan tiga bulan dalam kondisi beku. Konsumen hanya tinggal memanaskannya dengan cara digoreng kembali atau dikukus ketika ingin menikmatinya.

Untuk mengembangkan usahanya, Hirun berinovasi dengan membuat produk berbasis kepiting lainnya. Salah satunya adalah sambal kepiting. Sambal yang terbuat dari daging kepiting tersebut tersedia dalam dua macam yaitu sambal merah dan sambal hijau.

Menurut Hirun, inovasinya itu menjadi pionir dari sambal kepiting lainnya yang ada di Belitung. Selain sambal, Hirun juga memproduksi capit isi dan siomay kepiting.

Baca juga: Pj Gubernur Babel wajibkan konsumsi rapat gunakan produk lokal


Gernas BBI

Wijaya Crab menjadi salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) di Bangka Belitung yang lolos kurasi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Bangka Belitung.

Hirun mengaku senang mendapatkan pelatihan dan bimbingan bisnis dari pihak Kementerian Perdagangan. Salah satu pelatihan yang ia terima adalah memasarkan produk secara daring.

Setelah mengikuti pelatihan itu, Hirun kini mulai terpikir untuk memasarkan produknya ke pasar daring. Ia mulai menyadari bahwa tidak dapat hanya mengandalkan reseller saja ketika ingin mengembangkan usahanya.

Selain itu Gernas BBI juga mengajarkan Hirun untuk semakin memperbaiki kemasan karena kemasan menjadi salah satu hal yang dapat menarik konsumen.

Dengan perbaikan-perbaikan yang dijalankan setelah mengikuti Gernas BBI, Hirun optimistis produk lokal Bangka Belitung dapat semakin dikenal.

Cahaya Bangka Belitung

Puncak pelaksanaan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Bangka Belitung 2022 dengan tanda pagar Cahaya Bangka Belitung dan mengangkat tema Laskar UMKM Bangka Belitung Mendunia resmi diluncurkan.

Menteri Perdagangan Muhammad lutfi mengatakan bahwa pemilihan 23 Mei 2022 sebagai puncak Gernas BBI di Babel yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional diharapkan dapat menjadi momentum bagi kebangkitan UMKM Indonesia, hususnya UMKM di Babel.

Mendag menyampaikan target Gernas BBI Babel 2022 adalah menghasilkan 5.000 UMKM Babel on boarding di platform digital.

Untuk itu Kemendag telah melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan sejak Februari 2022 melalui kolaborasi dengan Bank Indonesia, BCA, PT Timah, Bukalapak, Blibli, dan pemerintah daerah.

Lutfi menyampaikan pada periode Februari-April 2022 sebanyak 3.210 UMKM Babel telah difasilitasi untuk masuk platform digital dan Kemendag akan terus melakukan pendampingan agar target 5.000 UMKM go digital dapat terwujud.

Sesuai dengan tema Laskar UMKM Babel Mendunia, Mendag menegaskan Kemendag juga akan terus mempromosikan produk UMKM Babel di pasar global.

Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga yang hadir dalam acara puncak Gernas BBI Bangka Belitung mengajak seluruh masyarakat untuk mencintai produk lokal.

Jerry menyampaikan bahwa dalam kesehariannya, ia menggunakan produk-produk lokal mulai dari pakaian, alas kaki, hingga jam tangan.

Menurut Jerry, upaya tersebut menjadi salah satu keberpihakan dan kunci sukses terhadap produk UKM nasional.

Baca juga: Berbatik cual, Wamendag kunjungi pameran UKM Bangka Belitung

Baca juga: Menperin serukan Kementerian/Lembaga konsisten terapkan P3DN

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga saat memghadirk acara puncak Bangga Buatan Indonesia Bangka Belitung 2022. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022