"Arus lalu lintas di sekitar kawasan terminal Patih Rumbih mulai padat sehingga sering mengganggu aktivitas bus dan kendaraan angkutan yang keluar masuk terminal," kata Ketua DPRD Kotim Jhon Krislie di Sampit, Sabtu.
Wacana pemindahan terminal tersebut sudah dibahas antara DPRD Kotim dengan kalangan eksekutif pada pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kotim tahun 2012.
Rencananya anggaran untuk mewujudkan wacana tersebut akan mulai dialokasikan pada APBD-Perubahan 2012 mendatang.
Terminal Patih Rumbih akan dipindah ke wilayah jalan lingkar utara Kota Sampit dan untuk tahap pertama akan dicarikan dulu lahannya serta pembuatan master plannya dengan dana dari APBD perubahan.
Pengadaan lahan untuk terminal baru itu rencananya dengan sistem ganti rugi. Jadi kedepannya setelah terminal dipindah, tidak ada lagi bus umum penumpang yang melintasi jalan dalam kota.
Menurut Krislie, belakangan ini aktivitas keluar masuk bus antar kota dan antara kabupaten yang beroperasi diterminal Patih Rumbih Sampit terbilang semakin meningkat. Besarnya badan bus yang keluar masuk terminal, tidak jarang membuat lalu lintas di jalan MT Haryono dan jalan dalam kota yang dilalui bus menjadi macet.
Disamping bobot dan ukuran bus yang besar juga tidak sesuai dengan kondisi jalan dalam kota Sampit yang hanya kelas III.
"Pelaksanaan pembangunan terminal baru tersebut paling lambat akan dimulai pada 2013 mendatang, namun persiapannya harus dimulai dari sekarang," katanya.
Selain pembangunan terminal, melalui anggaran yang ada di APBD 2012 pemkab Kotim juga menganggarkan dana sekitar Rp1 miliar lebih untuk menyiapkan lahan terminal pembongkaran kargo dan jembatan timbang kendaraan dari arah Pelabuhan Multipurpose Bagendang.
Lokasi terminal pembongkaran kargo tersebut rencananya akan dibangun berada di dekat Pelabuhan Bagendang tepatnya di kilometer 17 Jalan Sampit-Bagendang.
Dengan adanya terminal khusus bongkar kargo tersebut, bisa meminimalisir kerusakan jalan, khususnya jalan provinsi dan dalam kota yang selama ini terus rusak akibat berlebihannya kendaraan bertonase besar dengan angkutan kargo dari pelabuhan.
"Jadi kargo yang terlalu berlebihan nantinya harus dibongkar dulu dan diangkut oleh kendaraan yang tonasenya sesuai dengan kelas jalan jika ingin melintas melalui jalan dalam kota," terangnya.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011