Kabul (ANTARA News) - Sejumlah pembom bunuh diri menyerang kantor polisi di daerah barat Kabul, ibu kota Afghanistan, Jumat, kata satu sumber kepolisian.

"Sedikitnya empat pelaku bom bunuh diri melancarkan serangan terhadap sebuah kantor polisi," kata sumber itu, dengan menambahkan bahwa satu penyerang meledakkan bomnya, lapor Reuters.

Polisi masih menghadapi penyerang-penyerang lain yang bersenjatakan senapan mesin dan granat roket, kata sumber itu.

"Terjadi tembak-menembak di Wilayah Kepolisian Lima. Tidak ada korban. Kini semuanya terkendali dan kami menyelidiki kasus itu," kata Mohammad Zahir, kepala bagian penyelidikan kriminal kepolisian Kabul.

Sebelumnya, seorang saksi Reuters mendengar suara tembakan dan sedikitnya dua ledakan.

Taliban biasanya menyerang personel militer, seperti serangan terhadap sebuah konvoi kendaraan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang menewaskan 13 orang pada Oktober, juga di bagian barat kota Kabul.

Penyergapan itu merupakan serangan darat tunggal paling mematikan terhadap pasukan koalisi sejak perang meletus 10 tahun lalu.

Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011