salah satu yang kita soroti sebagai tuan rumah adalah soal transaksi (MLFF) ini akan mengubah seluruh pola pikir atau mindset kita mengenai transaksi dari yang awalnya manual menggunakan kartu e-toll kemudian kita masuk ke ranah teknologi

Jakarta (ANTARA) - Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menilai penerapan sistem transaksi nontunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) di jalan tol merupakan implementasi dari tema G20 yang terkait dengan transformasi digital.

Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan bahwa berkaitan dengan transformasi digital, sebagaimana diketahui bahwa Presidensi G20 Indonesia pada tahun ini salah satu tema besarnya adalah transformasi digital.

"Dalam upaya untuk mendorong ini atau mewujudkan tema tersebut, salah satu yang kita soroti sebagai tuan rumah adalah soal transaksi (MLFF) ini akan mengubah seluruh pola pikir atau mindset kita mengenai transaksi dari yang awalnya manual menggunakan kartu e-toll kemudian kita masuk ke ranah teknologi," ujar Danang dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.

Danang menambahkan bahwa pemerintah melihat semakin ke depan pengalaman pengguna jalan tol atau user experience harus lebih banyak ditingkatkan, dan salah satunya memberikan pengalaman lebih baik terhadap proses transaksi tol, baik dari sisi waktu transaksi maupun kemudahan transaksi di dalam penggunaan jalan tol. Ini merupakan isu domestik yang menjadi landasan pertama kenapa kebijakan MLFF muncul.

"Saya juga ingin menyoroti beberapa isu global berkaitan dengan dua hal. Pertama soal efisiensi, efisiensi ini sudah menjadi perhatian global yang kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya energi, waktu, dan juga dari kajian awal yang dilakukan kenapa kebijakan MLFF itu didorong karena memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar dan juga pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari kendaraan bermotor," kata Kepala BPJT tersebut.

BPJT Kementerian PUPR melihat bahwa penerapan sistem transaksi MLFF di jalan tol dapat memberikan keuntungan bagi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) maupun pengguna jalan tol.

"Ini tentu saja harus menjadi catatan yang penting bagaimana sistem ini memberikan efisiensi yang lebih baik bagi para BUJT. Jadi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan sistem transaksi, itu akan diefisienkan dengan adanya pelaksanaan transaksi MLFF ini oleh Badan Usaha Pelaksana Sistem Transaksi Tol yakni PT Roatex Indonesia Toll System (RITS)," kata Danang Parikesit.

Di satu sisi bagi pengguna jalan tol, lanjutnya, bagaimana sistem MLFF ini memberikan kenyamanan dan pengalaman yang lebih baik dalam menggunakan jalan tol tanpa berhenti di gerbang tol atau terjadinya kontak fisik dengan alat transaksi tol yang sensitif dalam konteks pandemi Covid-19.

"Masyarakat yang menggunakan tol tidak akan lagi mendapati adanya gerbang-gerbang tol. Secara bertahap gerbang-gerbang tol akan ditiadakan, sehingga betul-betul masyarakat mendapati teknologi mengambilalih peran monitoring, transaksi, pengawasan, dan sebagainya," ujarnya.

Kendati demikian Danang mengatakan bahwa di sisi lain kondisi seperti itu karena ketergantungan pada teknologi, menimbulkan eksposur baru yakni kemungkinan munculnya non-buying customer atau konsumen yang tidak membayar pada saat mereka menggunakan jalan tol ketika gerbang-gerbang tol dihilangkan.

Baca juga: PUPR: Penerapan penuh transaksi nontunai nirsentuh di tol pada 2024
Baca juga: BPJT akan kombinasikan teknologi MLFF dan pemantau truk ODOL di tol
Baca juga: Pengamat: Jabodetabek bisa jadi kawasan awal terapkan tol nirsentuh

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022