Port Moresby (ANTARA News) - Papua Nugini (PNG) berada dalam siaga tinggi, Jumat dengan sejumlah polisi tambahan dikerahkan di ibu kota itu di tengah-tengah krisis politik di mana dua orang mengklaim sebagai perdana menteri.
Negara itu dilanda kekacauan konstitusional Senin ketika Mahkamah Agung mengangkat kembali Sir Michael Somare sebagai pemimpin. Pengganti Somare, Peter O`Neill yang dipilih anggota parlemen ketika Somare sakit, juga mengklaim jabatan itu.
"Polisi dalam siaga tinggi di kota itu akibat perkembangan -pekembangan dalam beberapa hari terakhir ini," kata kepala kepolisian yang diangkat O`Neill, Tom Kulunga dalam komentar-komentar yang disiarkan televisi Australia.
Kulunga mengaku ada beberapa divisi dalam jajaran kepolisian, tetapi mengatakan mereka tidak banyak dan membantah situasi akan memburuk menjadi kerusuhan.
Menjawab pertanyaaan apakah situasi akan menigkat pada kerusuhan, dia menjawab:" Hal itu tidak akan terjadi. Tidak. Kami memastikan, dan akan melakukan segala usaha untuk menjamin keamanan, agar tidak terjadi kerusuhan."
Somare, 75 tahun memerintah negara yang kaya sumber alam itu hampir setengah abad, menyerukan rakyat Papua Nugini menghormati keputusan pengadilan yang ditegaskan oleh Gubernur Jendral Michael Ogio.
Tetapi O`Neill, yang memecat Ogio dan mengangkat ketua parlemen sebagai penjabat gubernur jendral, mengklaim bahwa ia mendapat dukungan parlemen d negara yang dilanda konflik politik itu.
Faksi O`Neill mengirim polisi tambahan utnuk menguasai aset-aset negara itu termasuk Maorauta Haus, satu gedung tempat kantor perdana menteri dan Dewan Eksekutif Nasional dan kelompok Somare gunakan.
Sementara itu para pendukung Somare kabarnya mengancam akan menutup aliran air dan listrik ke Gedung Parlemen.
Krisis politik itu menyebabkan para karyawan pemerintah bingung tentang kepada siapa mereka bekerja, dan laporan-laporan mengatakan banyak yang tinggal di rumah ketimbang datang bekerja di kantor.
Dengan adanya dua perdana menteri dan dua kabinet dan dua gubernur jendral para jaksa agung dari dua kelompok itu menyarakan diselenggarakan pertemuan untuk menyusun satu penyelesaian.
Papua Nugini berada diambang keberhasilan ekonomdari sumber-sumber alam yang banyak besar karena cadangan gasnya yang benyak , tetapi negara yang berpenduduk 6,6 juta jiwa itu tetap dilanda kemiskinan.
(H-RN/B002)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011