Rubel telah menguat hampir 30 persen sepanjang tahun ini, meskipun terjadi krisis ekonomi skala penuh, menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia,....
Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia melonjak lebih dari tujuh persen terhadap dolar pada Jumat, mencapai level yang terakhir terlihat pada Maret 2018, didorong oleh kontrol modal dan pembayaran pajak domestik yang biasanya menyebabkan peningkatan permintaan mata uang.
Rubel telah menguat hampir 30 persen sepanjang tahun ini, meskipun terjadi krisis ekonomi skala penuh, menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia, secara artifisial didukung oleh kontrol modal yang diberlakukan pada akhir Februari untuk melindungi sektor keuangan Rusia setelah mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina.
Pada pukul 08.07 GMT, rubel berada di 58,90 terhadap dolar dalam perdagangan yang bergejolak di Bursa Moskow, setelah mencapai 57,0750, level yang terakhir terlihat pada akhir Maret 2018.
Baca juga: Rubel Rusia kembali menguat jelang pembayaran pajak
Terhadap euro, rubel menguat lebih dari lima persen% menjadi 60,86 setelah menyentuh 59,02, tertinggi sejak Juni 2015.
Rubel didorong oleh perusahaan yang berfokus pada ekspor yang diwajibkan untuk mengkonversi pendapatan mata uang asing mereka setelah sanksi Barat membekukan hampir setengah dari cadangan emas dan valas Rusia.
"Eksportir dipaksa untuk menjual (mata uang asing) dan tidak ada yang membelinya," kata seorang pedagang di sebuah perusahaan investasi di Moskow.
Persiapan untuk pajak akhir bulan juga mendorong permintaan rubel, sementara permintaan dolar dan euro tetap rendah karena rantai impor yang terganggu dan pembatasan penarikan mata uang asing dari rekening bank dan pemindahannya dari Rusia.
"Pertanyaan kuncinya adalah apakah bank sentral akan melakukan intervensi karena penguatan rubel yang berlebihan tidak ada dalam rencana kementerian keuangan dan anggaran," kata Evgeny Suvorov, seorang analis di CentroCreditBank.
Baca juga: Dolar turun tajam, di tengah naiknya gejolak pasar keuangan global
Kirill Tremasov, kepala departemen kebijakan moneter bank sentral, mengatakan pada Jumat bahwa rubel tetap menjadi mata uang yang mengambang bebas, kantor berita RIA melaporkan.
Bank sentral menolak mengomentari kurs rubel.
Di luar Bursa Moskow, rubel tetap jauh lebih lemah. Sberbank, pemberi pinjaman terbesar Rusia, menjual dolar tunai seharga 67,17 rubel dan euro seharga 69,84 rubel.
Rubel yang lebih kuat membantu mengerem inflasi dan bermanfaat bagi importir tetapi merugikan eksportir yang menjual barang dan jasa ke luar negeri dengan mata uang asing, yang berarti berkurangnya pendapatan untuk anggaran yang bergantung pada ekspor Rusia.
Analis mengatakan otoritas Rusia tidak tertarik pada penguatan rubel substansial dari level saat ini dan memperkirakan mata uang itu akan melemah pada akhir tahun.
Sebagai tanda bahwa pihak berwenang siap untuk secara bertahap mengangkat kontrol modal, bank sentral mengizinkan bank untuk menjual mata uang asing kepada warga negara tanpa batasan apa pun mulai 20 Mei, dengan pengecualian dolar AS dan euro.
Sementara itu, indeks saham Rusia bervariasi pada Jumat. Indeks RTS berdenominasi dolar melonjak 4,8 persen menjadi 1.305,9 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 1,3 persen pada 2.405,7 poin, tertekan oleh apresiasi rubel.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022