New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah ditutup bervariasi pada Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB), karena investor khawatir tentang meningkatnya krisis utang negara Eropa dan perlambatan ekonomi di China.
Kontrak acuan berjangka New York gagal mempertahankan kenaikan yang dibuat pada awal sesi, meskipun indikator ekonomi AS lebih baik dari perkiraan, lapor AFP.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) atau light sweet untuk penyerahan Januari, mengakhiri sesi di 93,87 dolar AS per barel, turun 1,08 dolar AS dari tingkat penutupan Rabu.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik 17 sen menjadi menetap di 105,09 dolar AS per barel.
Kontrak WTI telah merosot lebih dari 5,0 persen di New York pada Rabu di tengah memudarnya harapan bahwa rencana krisis yang diluncurkan pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa pekan lalu, sudah cukup untuk menyelesaikan krisis utang zona euro.
"Tidak ada yang berubah," kata Tom Bentz dari BP Paribas.
"Pasar masih sangat khawatir tentang masalah Uni Eropa dan perlambatan di China."
Menambah kekhawatiran penularan dari krisis utang adalah data lebih lemah dari China, motor ekonomi global dan konsumen energi terbesar dunia.
Aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi untuk kedua bulan berturut-turut pada Desember, sedangkan investasi asing langsung jatuh untuk pertama kalinya dalam 28 bulan pada November.
Pasar New York, sebelumnya telah didorong oleh penurunan tajam klaim mingguan pengangguran AS, yang jatuh ke terendah tiga tahun pada pekan lalu, dan keberhasilan mengejutan Spanyol dalam menjual surat utang pemerintah.
Departemen Perdagangan juga melaporkan defisit neraca transaksi berjalan AS turun ke tingkat terendah dalam hampir dua tahun di kuartal ketiga, sebagian besar berkat pertumbuhan ekspor.
Dalam perkembangan pasar minyak lainnya, Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki mengatakan kepada AFP, Kamis bahwa raksasa minyak ExxonMobil telah berjanji untuk mempertimbangkan kembali sebuah kesepakatan eksplorasi dengan Kurdistan Irak yang secara tegas telah ditentang oleh Baghdad.
"Kami mengadakan pertemuan dengan (Exxon) di Washington dan kami membahas kontrak, beberapa di antaranya terletak di daerah yang disengketakan," kata Maliki.
"Mereka berjanji untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka," kata Maliki.
ExxonMobil pada 18 Oktober menandatangani kesepakatan dengan Kurdistan untuk mengeksplorasi minyak dan gas di enam daerah, namun Baghdad menganggap kontrak-kontrak itu tidak ditandatangani dengan pemerintah pusat sehingga tidak valid. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011