'Harus bisa' bukan lagi kata-kata yang tepat baginya. Dia menghilangkan kata 'harus', hingga tersisa 'bisa' yang selalu tertanam di kepalanyaHanoi (ANTARA) - "Kekuatan, serta penghiburan, diberikan Tuhan kepada ku."
Kalimat itu selalu diulang Odekta Elvina Naibaho untuk memastikan diri tetap sadar dan sabar saat berupaya menyelesaikan lari jarak jauh sepanjang 42,195 kilometer.
"Tuhan berikan kekuatan sama saya," suara Odekta sedikit bergetar, kata demi kata seakan tertahan ketika tak kuasa air mata meleleh di pipi mengetahui dirinya berhasil finis di urutan terdepan di antara enam pelari lainnya dari empat negara berbeda di kawasan Asia Tenggara.
Selama berlari di seputar Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, dengan kondisi cuaca yang sejuk sekitar 21-23 derajat celcius tetapi lembab, Odekta terbayang-bayang pada kejadian tiga tahun silam ketika dia tidak dapat melihat garis finis.
Kala itu, pada SEA Games Filipina, Odekta yang memimpin perlombaan sejak awal terjatuh sekitar 600 meter jelang finis dan tak bisa melanjutkan perlombaan.
Kejadian pahit itu masih terekam jelas di ingatan Odekta. Hal itu juga yang menjadi pengingat pelari kelahiran Desa Soban, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, itu untuk tidak terhasut hawa nafsu sendiri dalam menyelesaikan marathon.
Tetap sabar, menjadi kunci selama perlombaan. Menurunkan ego, menahan emosi, dia akhirnya lebih memilih mengikuti irama lari para pesaingnya ketimbang mencetak catatan waktu yang lebih baik demi dapat melihat garis finis.
"Puji Tuhan. Tuhan mengizinkan hari ini bisa menginjakkan kaki di finis, doa saya dari kemarin saya ingin menebus dosa saya yang sebelumnya," ujar Odekta.
Baca juga: Tangis Odekta Naibaho pecah saat sabet emas SEA Games Vietnam
Selanjutnya: upaya Odekta memperbaiki kesalahan
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022