Johannesburg (ANTARA) - Afrika telah mengatasi beberapa wabah cacar monyet selama pandemi COVID-19, sementara penyakit tersebut baru menjadi perhatian di Eropa dan Amerika Serikat.
"Selama pandemi ini, kami mengalami beberapa wabah cacar monyet di benua Afrika. Kami memperkirakan wabah lain akan muncul dan kami akan menanganinya dengan cara yang biasa," kata Pelaksana Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika Ahmed Ogwell Ouma dalam pengarahan pers pada Kamis.
Beberapa kasus virus penyebab demam dan bintil berair itu telah dilaporkan atau dicurigai di Inggris, Portugal, Spanyol, dan AS.
Penyakit tersebut, yang menyebar melalui kontak dekat dan pertama kali ditemukan pada monyet, sebagian besar terjadi di Afrika barat dan tengah dan jarang menyebar di tempat lain.
Ouma mengatakan bahwa sejak 2020 wabah telah terlihat dan terkendali di Republik Demokratik Kongo, Nigeria, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah.
"Namun kami prihatin beberapa negara di luar, terutama di Eropa, yang mengalami wabah cacar monyet ini. Akan sangat berguna untuk berbagi pengetahuan mengenai apa sebenarnya sumber wabah ini," kata dia.
"Kami berhubungan dekat dengan rekan-rekan kami di CDC Eropa untuk mencoba dan memahami dari mana asalnya karena ketika Anda melihat cacar monyet di lingkungan yang jauh dari kawasan hutan, maka sejauh menyangkut kesehatan masyarakat, pasti hal itu menimbulkan banyak pertanyaan."
Sumber: Reuters
Baca juga: AS konfirmasi kasus cacar monyet pertama 2022
Baca juga: Portugal identifikasi lima infeksi cacar monyet
Baca juga: Inggris laporkan kasus infeksi cacar monyet langka
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022